Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 memberikan tekanan bagi hampir semua sektor, tidak terkecuali pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan sempat anjlok di bawah level 4.000. Namun seiring dengan dibukanya kembali aktivitas ekonomi, kini IHSG mulai merangkak naik di level psikologis 5.100. Hal ini merupakan sinyal bahwa market mulai confidence dengan era new normal .
ADVERTISEMENT
Untuk itu kondisi ini juga bisa dimanfaatkan bagi para investor yang ingin masuk ke pasar modal alias berinvestasi saham. Bahkan menurut Direktur Riset Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah masuk ke pasar modal saat ini sudah terhitung terlambat, karena IHSG sudah berhasil rebound dari titik terendahnya.
“Sebenarnya sudah agak terlambat untuk masuk ke pasar saham. Tapi lebih baik terlambat daripada benar-benar kehilangan kesempatan mendapatkan cuan. Yang terbaik memang masuk ke pasar saham adalah ketika IHSG jatuh ke titik terdalam,” ungkap Piter kepada kumparan, Sabtu (25/7).
Namun ketika IHSG sedang anjlok, akan banyak investor yang khawatir bahkan memilih hengkang dari pasar modal. Hal ini menurut Piter merupakan kondisi wajar karena beberapa investor merasa ketakutan IHSG akan jatuh lebih dalam lagi.
Untuk itu, agar tidak ikut panik, maka investor harus paham soal faktor penyebab jatuhnya IHSG. Seperti yang terjadi saat ini, IHSG jatuh karena adanya pandemi. Artinya jika pandemi berakhir, maka IHSG dan perekonomian global punya kesempatan besar untuk rebound.
ADVERTISEMENT
“Kita tentu punya keyakinan bahwa wabah cepat atau lambat akan berlalu, vaksin akan ditemukan. Ketika wabah berlalu, dipastikan ekonomi akan pulih dan IHSG serta harga-harga saham bluechips akan melesat bahkan bisa melebih titik tertingginya,” ujarnya.
Artinya menurut Piter, pasar saham masih menjanjikan keuntungan. Beberapa saham masih terlihat murah dan mempunyai peluang besar akan kembali ke harga tertingginya ketika wabah berlalu.
“Ketika itu terjadi kita yang tidak berani berinvestasi di saham hanya akan menjadi penonton mereka panen raya,” ujarnya.
Namun untuk investor yang berani berinvestasi saat pandemi seperti sekarang ini, Piter menyarankan agar menabung saham menggunakan dana nganggur (idle money) sehingga tidak mengganggu cash flow sehari-hari.
“Syaratnya memang kita harus memainkan dana yang benar-benar idle. Bisa kita investasikan dalam jangka panjang,” ujarnya.
Sementara itu, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, ada beberapa saham yang ternyata resisten terhadap dampak pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
“Ketika melihat laporan keuangannya, analisis fundamentalnya dan korelasinya dengan makro ekonomi, ternyata ada saham-saham yang performanya relatif masih oke di tengah pandemi COVID-19,” ujarnya.
Adapun sektor-sektor yang menjadi primadona dalam kondisi saat ini adalah sektor yang berkaitan dengan digital, internet dan hosting, informasi dan komunikasi serta makanan dan minuman.
“Meskipun ada kontraksi dari beberapa retail yang menjual makanan dan minuman, tetapi orang cenderung membutuhkan makanan dan minuman karena di Indonesia ini ada lebih dari 260 juta penduduk dan kelas produktifnya cukup banyak. Prospeknya masih cukup bagus,” ujarnya.
Sektor kesehatan pun menurut Bhima juga bisa jadi pilihan. Satu hal yang cukup menarik terkait ini, tren positif dari bisnis sektor kesehatan ternyata juga terjadi hingga ke sektor turunannya yaitu olahraga. Terbukti kini penjualan sepeda dan aksesoris sepeda sedang naik daun.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk pasca pandemi, Bhima memprediksi sektor yang akan booming adalah sektor otomotif dan elektronik ramah lingkungan seperti mobil listrik ataupun kompor induksi. Di masa depan, elektronik dan mobil listrik akan membutuhkan baterai dalam jumlah yang cukup besar. Salah satu bahan baku baterai mobil listrik adalah nikel.
“Karena itu, kebutuhan energi ke depan ini bukan hanya oil, tetapi juga baterai. Khusus nikel, akan menjadi industri yang booming pasca pandemi,” tandasnya.
Live Update
Mantan Menteri Perdagangan RI Tom Lembong menjalani sidang putusan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (26/11). Gugatan praperadilan ini merupakan bentuk perlawanan Tom Lembong usai ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejagung.
Updated 26 November 2024, 10:01 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini