Rekor! Harga Bitcoin Nyaris Tembus Rp 1 Miliar, Ada Peran AS dan Rusia

21 Oktober 2021 9:31 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bitcoin. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bitcoin. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
ADVERTISEMENT
Harga Bitcoin pada Rabu (20/10) meroket hingga menyentuh rekor baru sepanjang sejarah, yakni USD 66.974,77 atau setara dengan Rp 944,33 juta (kurs dolar Rp 14.100). Hampir menyentuh Rp 1 miliar.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Bitcoin mencetak rekor tertinggi senilai USD 62.986 pada Kamis (15/4) atau setara Rp 940 juta.
Bandingkan dengan kondisi pada 21 Juli 2021, saat Bitcoin tenggelam di harga USD 29.789. Dikutip dari coindesk.com pada Kamis (21/10), jika dihitung year to date di sepanjang 2021 ini harga Bitcoin telah melambung 126,88 persen.
CEO Indodax Oscar Darmawan menjelaskan mengenai faktor-faktor naik turunnya harga suatu aset kripto. Naik turunnya harga uang kripto yang volatilitasnya tinggi ini sebenarnya bisa diakibatkan oleh beberapa faktor. Yang pertama adalah hukum pasar tentang penawaran dan permintaan. Apabila penawaran sedikit namun permintaannya banyak maka harga otomatis akan naik begitu pula sebaliknya.
"Di dalam kasus ini, Bitcoin memiliki stok yang 'terbatas' namun permintaan terhadap Bitcoin semakin banyak dari seluruh dunia maka wajar saja harganya setiap tahun semakin tinggi," ujar Oscar dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan.
CEO INDODAX, Oscar Darmawan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Menurut dia, faktor psikologis para investor pun teruji. Semakin banyak orang yang mempercayai kripto sebagai sebuah aset yang layak untuk dimiliki membuat masyarakat makin banyak yang berminat untuk membeli jadi harganya makin menguat. Sentimen berita internasional yang menyorot soal kripto maupun ekonomi makro dan mikro juga turut mempengaruhi harga aset kripto.
ADVERTISEMENT

Sentimen Positif dari AS hingga Rusia

Rencana bursa saham New York, Wall Street, untuk memperdagangkan ETF (Exchange Trade Fund) berjangka Bitcoin, diperkirakan menjadi sentimen positif bagi harga Bitcoin dan uang kripto lainnya. Hal ini mendorong lonjakan minat investor ke uang kripto.
Perdagangan ETF uang kripto Bitcoin di bawah simbol BITO di Wall Street, bahkan telah diuji coba pada Selasa (19/10) pagi waktu Amerika Serikat (AS). ETF merupakan kontrak investasi kolektif untuk mengurangi risiko, yang memiliki unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana. Tapi dalam hal transaksi jual maupun beli, mekanismenya seperti perdagangan saham.
Usai market merah yang terjadi karena kasus Evergrande dan pelarangan kripto oleh China, nyatanya sentimen berita positif mengenai kripto semakin banyak bermunculan seperti kabar dari Twitter yang akan segera dapat mengirimkan Bitcoin antara satu pengguna dengan yang lainnya secara instan dan hampir tanpa biaya, serta pernyataan Ketua Securities and Exchange Commission Amerika Serikat Gary Gensler yang menegaskan kembali dukungannya untuk bursa Bitcoin yang akan diinvestasikan dalam kontrak berjangka.
ADVERTISEMENT
Senada dengan pernyataan Gery Gensler, Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dalam sambutannya di depan Kongres mengatakan bahwa pihaknya tidak berniat melarang semua aset kripto.
“Dukungan terhadap Bitcoin dan kripto juga datang dari regulator keuangan negara Swiss yang menyetujui investasi kripto karena dinilai akan memicu inovasi teknologi, serta berita perusahaan manajemen aset besutan George Soros, yakni Soros Fund Management yang mengkonfirmasi bahwa perusahaan sudah memiliki Bitcoin,” tambah Oscar.
Sentimen positif lain datang dari pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin. Bukan untuk menolak keras ataupun melarang penggunaan untuk warganya, Putin justru menunjukkan sikap toleransinya terhadap penggunaan kripto. Dalam wawancara yang diterbitkan oleh situs Kremlin 14 Oktober waktu Rusia, Putin merasa bahwa Bitcoin dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto: Dmitri Lovetsky/Pool via REUTERS
Toleransi Putin terhadap kripto disinyalir datang ketika Rusia mencari alternatif pembayaran untuk dolar Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
“Ini merupakan kabar yang sangat baik, mengingat beberapa waktu lalu, Bank Sentral Rusia sempat mewanti wanti bahwa kripto adalah sesuatu yang fluktuatif dan cenderung tidak menyetujui kripto sebagai alat pembayaran. Meskipun pihak Bank Sentral Rusia tidak berencana untuk melarang penggunaan seluruh kripto seperti apa yang dilakukan China, Namun mendengar pernyataan dari Putin ini sepertinya akan ada aturan yang berubah yang menguntungkan untuk Bitcoin cs,” kata Oscar.
Harga Bitcoin yang naik di bulan Oktober lainnya juga disebabkan oleh update blockchain Bitcoin bernama Taproot untuk menambah fungsi smart contract pada Bitcoin. Sampai sekarang, smart contract hanya bisa dijalankan di jaringan Ethereum. Maka dari itu dengan adanya upgrade Taproot yang diperkirakan akan ada di bulan Oktober atau November ini, akan menambah efisiensi Bitcoin itu sendiri.
ADVERTISEMENT
“Dengan adanya upgrade Taproot ini, privasi dan efisiensi transaksi akan lebih baik lagi. Peningkatan efisiensi ini tentu menjadi salah satu faktor kuat pendorong investor besar untuk berinvestasi di Bitcoin sehingga Bitcoin mengalami kenaikan. Bitcoin adalah blockchain publik, dan siapa pun dapat memantau transaksi yang terjadi di jaringan,” kata Oscar.
Kata Oscar, penurunan harga Bitcoin yang sempat terjadi beberapa waktu lalu akibat kasus Evergrande dan pelarangan negara China tidak berdampak serius terhadap Bitcoin.
“Hari ini kita bisa buktikan bahwa Bitcoin kembali mengalami kenaikan. Kenaikan harga Bitcoin terjadi tentu karena tingginya permintaan. Tingginya permintaan terjadi karena adanya trust atau kepercayaan serta orang-orang yang sudah memahami fundamental Bitcoin itu sendiri. Kini, sudah banyak masyarakat yang melek berinvestasi di aset kripto,” tutup Oscar Darmawan.
ADVERTISEMENT