Respons The Fed, Rupiah Mulai Menguat ke Rp 14.964 per Dolar AS

28 Juli 2022 10:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Pasar Indonesia mulai merespons kenaikan suku bunga acuan AS pagi ini, Kamis (28/7). Berdasarkan data Bloomberg pukul 09:41 WIB, rupiah menguat Rp 14.964 per dolar AS atau naik 0,31 persen. Padahal pada pukul 09:00 WIB, rupiah terpantau masih di level Rp 15.010.
ADVERTISEMENT
Tak hanya kurs rupiah, IHSG pagi ini juga dibuka menguat, sempat naik 68,77 poin (1,00 persen) ke 6.966,99 pada pukul 09:05 WIB.
Kebijakan Bank Sentral AS The Fed menaikkan lagi suku bunga sebesar 75 basis poin pada Selasa (27/7) waktu setempat memang mulai membuat dolar AS merendah. Berdasarkan laporan Reuters, dolar AS melemah di dekat level terendah tiga minggu ke mata uang utama.
Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan kenaikan suku bunga yang luar biasa besar lainnya dapat dilakukan pada pertemuan Fed berikutnya. Tapi, ia menegaskan keputusan bank sentral akan bergantung pada data dan tidak akan memberikan panduan ke depan. Powell juga mengatakan dia tidak percaya ekonomi dalam keadaan resesi, lantaran data lapangan kerja yang masih kuat.
ADVERTISEMENT
“Dolar kehilangan sedikit ketinggian karena saya pikir pasar bersiap untuk potensi Ketua Fed Powell terdengar sedikit lebih hawkish," kata Rodrigo Catril, ahli strategi senior FX di National Australia Bank.
Sementara itu, di pasar domestik, kekuatan rupiah juga ditopang oleh kenaikan harga komoditas ekspor. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan kenaikan harga komoditas yang saat ini menjadi beban bagi banyak negara lain justru menjadi limpahan berkah bagi Indonesia.
"Penerimaan pemerintah mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan selama periode booming harga komoditas," kata Ibrahim.
Penerimaan pajak pada semester I 2022 mencapai Rp 868,3 triliun. Capaian tersebut tumbuh 55,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau secara tahunan (yoy).
ADVERTISEMENT
Sementara jika dibandingkan dengan target APBN 2022, realisasi penerimaan pajak tersebut meroket 58,5 persen. Kenaikan ini ditopang oleh tingginya penerimaan pajak dari sektor tambang yang meningkat hingga 286,8 persen (yoy).
"Sektor tambang kenaikannya luar biasa karena harga komoditas yang tinggi," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita edisi Juli 2022, Rabu (27/7).
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam High Level Seminar G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7). Foto: Kemenkeu RI
Berdasarkan laporan Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil tumbuh tinggi di tengah suramnya ekonomi global. Bahkan diperkirakan ekonomi Indonesia akan melesat 5,3 persen pada 2022. Meskipun sedikit lebih rendah dari perkiraan awal, namun masih lebih tinggi dari 2021 yang mencapai 3,7 persen.
Meski begitu, Indonesia juga harus tetap waspada terhadap gejolak ekonomi dunia. Tantangan ke depan masih sangat berat sehingga sangat mungkin menyebabkan risiko penurunan proyeksi lebih lanjut. Seretnya pasokan gas alam dari Rusia, inflasi yang kian sulit dikendalikan, ketatnya kondisi pasar keuangan, penyebaran COVID-19, eskalasi krisis properti di China, serta fragmentasi geopolitik membuat upaya pemulihan bakal terhambat.
ADVERTISEMENT