RI Bebas Emisi 2060, Pupuk Kaltim Bangun Pabrik Soda Ash 300 Ribu Ton per Tahun

30 November 2023 12:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Corporate Secretary Pupuk Kaltim Teguh Ismartono dalam Media Gathering Pupuk Kaltim di kawasan Menteng, Jakarta pada Rabu (29/11/2023). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Corporate Secretary Pupuk Kaltim Teguh Ismartono dalam Media Gathering Pupuk Kaltim di kawasan Menteng, Jakarta pada Rabu (29/11/2023). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anak perusahaan holding pelat merah sektor pupuk, PT Pupuk Kaltim, tengah menunggu proses lelang bakal pembangunan pabrik soda ash berkapasitas 300 ribu ton per tahun.
ADVERTISEMENT
“Perizinan sudah selesai, sedang tahap tender untuk pabrik soda ash,” kata Corporate Secretary Pupuk Kaltim Teguh Ismartono dalam Media Gathering Pupuk Kaltim di kawasan Menteng, Jakarta pada Rabu (29/11).
Teguh mengatakan pabrik tersebut merupakan salah satu upaya Pupuk Kaltim mendukung cita-cita Net Zero Emission pada tahun 2060 yang dibidik pemerintah. Teguh bilang, Pupuk Kaltim berkomitmen untuk dapat mengurangi emisi karbon hingga 30 persen.
“Kami juga mendukung ke sana, kami bahkan targetkan bisa mengurangi 30 persen emisi yang ada, salah satunya tadi membangun pabrik soda ash. Ini kan bahan bakunya C02 (karbon dioksida) sama amonia, ini kan bisa mengurangi emisi,” tambah Teguh.
Pembangunan pabrik ini ditargetkan akan dimulai pada 2024 mendatang, dan rampung pada kuartal IV 2026. Produksi soda ash nantinya akan menggunakan bahan baku CO2 hasil emisi pabrik dan amonia sebagai by product pembuatan urea, maka pembangunan pabrik soda ash ini merupakan praktik ekonomi sirkular yang memanfaatkan produk sampingan CO2.
Ilustrasi PT Pupuk Indonesia (Persero). Foto: Dok. Pupuk Indonesia
“Dengan dibangunnya pabrik soda ash ini, selain bisa mengurangi impor Indonesia, ini nantinya akan menyerap lebih banyak CO2 sekitar 174.000 ton per tahun sehingga beban emisi CO2 perusahaan tidak hanya berkurang namun juga dapat digunakan menjadi produk yang lebih bermanfaat untuk industri dan kehidupan harian masyarakat,” kata VP Riset Pupuk Kaltim Awalia Noor Baroroh, dalam keterangannya, dikutip pada Rabu (29/11).
ADVERTISEMENT
Project Manager Soda Ash Wildan Hamdani juga menuturkan, setelah beroperasi, nantinya pabrik ini akan memanfaatkan potensi industri lokal di Kalimantan Timur.
“Kita juga melihat adanya potensi pelibatan industri lokal untuk pengadaan bahan baku soda ash seperti garam industri. Selain garam, bahan baku pembuatan soda ash yaitu CO2 dan amonia,” kata Wildan.
Proyek ini nantinya akan dibangun di kawasan Industri Kaltim Industrial Estate (KIE) yang masih berada di area PKT di Bontang. Izin lingkungan juga sudah diperoleh pada Desember 2022 yang lalu.
Soda ash merupakan bahan utama bakal produksi kaca, keramik, tekstil, kertas, hingga sabun dan detergen. Sementara soda ash dibuat dari asam karbonat dan natrium.
Wildan menyebut pada tahun 2022, data mencatatkan bahwa impor soda ash untuk kebutuhan domestik mencapai 916.828 metrik ton per tahun dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 1,2 juta metrik ton per tahun di 2030.
Presiden Jokowi groundbreaking kawasan industri pupuk di Fakfak, Papua Barat, Jumat (24/11/2023). Foto: Kris/Biro Pers Sekretariat Presiden
Namun hingga kini untuk memenuhi kebutuhan soda ash tersebut, Indonesia masih harus mengandalkan impor. Sehingga Wildan bilang, upaya Pupuk Kaltim ini dapat mengurangi ketergantungan impor soda ash.
ADVERTISEMENT
Pada tahap awal dari pembangunan pabrik soda ash ini, lanjut Wildan, wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur diikuti oleh Riau, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara akan menjadi sasaran utama distribusi soda ash nantinya.
Direktur Operasi dan Produksi PKT Hanggara Patrianta menyebutkan, pembangunan pabrik soda ash ini menjadi salah satu program hilirisasi yang dilakukan oleh PKT, juga dapat menyerap tenaga kerja hingga 1.000 orang.
“Kami lakukan untuk dapat meningkatkan nilai jual komoditas, juga membuka lebih banyak lapangan pekerjaan ke depannya,” Direktur Operasi dan Produksi Hanggara Patrianta.