RI-China Pakai Yuan, Ekonom Anggap Dolar Tidak Akan Betul-betul Ditinggalkan

13 September 2021 15:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Mata Uang Yuan Foto: REUTERS/Petar Kujundzic
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mata Uang Yuan Foto: REUTERS/Petar Kujundzic
ADVERTISEMENT
Indonesia dinilai secara perlahan bisa lepas dari monopoli dolar Amerika Serikat (AS) setelah adanya kebijakan Local Currency Sttlement (LCS) atau transaksi menggunakan mata uang lokal. Saat ini, kerja sama LCS Indonesia sudah berlangsung dengan Thailand, Malaysia, Jepang, dan China.
ADVERTISEMENT
Peneliti Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet, mengatakan adanya LCS bisa menyederhanakan transaksi perdagangan.
“Iya kita tahu bahwa penggunaan LCS ini kan bisa menyederhanakan proses settlement yang tadinya harus melibatkan US Dollar (USD) dengan adanya LCS ini langsung dengan negara yang bertransaksi dagang dan jasa,” kata Yusuf saat dihubungi kumparan, Senin (12/9).
Yusuf mengakui dolar AS masih menjadi salah satu mata uang yang digunakan luas dalam beragam transaksi di dunia. Namun, dolar AS juga sangat rentan terhadap sentimen dari dinamika perekonomian global.
“Sehingga negara yang menggunakan mata uang ini juga akan berpotensi terkena dampak dari volatilitas dari USD itu sendiri,” ujar Yusuf.
Meski begitu, Yusuf menganggap dolar AS tidak akan otomatis ditinggalkan saat transaksi khususnya bagi pengusaha atau eksportir dan importir Indonesia. Sebab, keamanan dolar AS masih menjadi pertimbangan.
ADVERTISEMENT
“Hanya saja perlu diingat, meskipun saat ini Indonesia sudah menjalin LCS dengan beragam negara, posisi pengunaan USD tidak akan betul-betul ditinggalkan. Selain karena sifat mata uangnya safe heaven dan juga Amerika Serikat merupakan salah satu partner dagang utama Indonesia,” ungkap Yusuf.
Ekonom bidang industri, perdagangan, dan investasi INDEF, Ahmad Heri Firdaus, mengakui adanya LCS bakal membuat penggunaan dolar AS berkurang. Ia menyebut volume dan nilai transaksi perdagangan Indonesia dengan China selama ini paling besar tetapi masih pakai dolar AS.
Penggunaan dolar AS dalam transaksi Indonesia dan China tersebut membuat permintaan mata uang paman sam meningkat dan jadi mahal. Hal tersebut bisa tidak terjadi lagi dengan adanya LCS.
“Kalau pakai mata uang selain dolar, mengurangi permintaan dolar. Ini setidaknya membantu untuk memperkuat rupiah. Sebenarnya belum tentu diperkuat, karena dipengaruhi hubungan sama negara-negara lain juga. Setidaknya mengurangi permintaan dolar untuk aktivitas perdagangan dengan China,” terang Heri.
ADVERTISEMENT
Heri menjelaskan karena permintaan berkurang, dolar AS yang tadinya mau naik 10 persen jadi cuma 2 persen. Selain itu, ia merasa langkah tersebut bisa menahan laju depresiasi rupiah terhadap dolar AS.
“Di sisi lain karena ada permintaan mata uang negara masing-masing, oke rupiah terhadap dolar tidak terlalu turun, tapi kalau terhadap yuan kita bisa depresiasi, misal yang tadi 1 yuan Rp 2.100 bisa jadi Rp 3.000,” tutur Heri.