RI dan Australia Jalin Kerja Sama Rantai Pasok Mineral Kritis

23 Februari 2025 13:57 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjalin kerja sama dengan pemerintah Australia Bagian Utara (Northern Territory) terkait rantai pasok mineral kritis. Foto: Kementerian ESDM
zoom-in-whitePerbesar
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjalin kerja sama dengan pemerintah Australia Bagian Utara (Northern Territory) terkait rantai pasok mineral kritis. Foto: Kementerian ESDM
ADVERTISEMENT
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjalin kerja sama dengan pemerintah Australia Bagian Utara (Northern Territory) terkait rantai pasok mineral kritis.
ADVERTISEMENT
Kerja sama ini berfokus pada rantai pasok mineral kritis dan strategis, yang diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok mineral global, sekaligus mendukung upaya Australia Bagian Utara untuk diversifikasi pasokan mineralnya.
Wakil Menteri Luar Negeri RI, Arie Havas Oegroseno, menekankan pentingnya diversifikasi kemitraan tidak hanya dengan negara, tetapi juga dengan negara bagian yang memiliki kapasitas signifikan dalam industri mineral kritis.
"Nota Kesepahaman ESDM dengan NT Australia ini dapat menjadi model bagi Pemerintah Indonesia untuk melihat berbagai negara bagian penting dan strategis di Australia untuk bekerja sama," tuturnya melalui keterangan resmi, Minggu (23/2).
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan muatan kerja sama ini sesuai dengan Undang-Undang Mineral dan Batubara (UU Minerba) yang baru saja disahkan.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (6/10/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
Dadan menjelaskan, fokus kebijakan pengembangan mineral dan batu bara Indonesia mengacu pada tujuan utama yang mencerminkan keseimbangan antara prioritas ekonomi, lingkungan, dan sosial.
ADVERTISEMENT
"Fokusnya adalah mendukung pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja, dengan prioritas pada penelitian, inovasi, dan eksplorasi untuk memperkuat keamanan cadangan mineral," ujar Dadan.
Dekarbonisasi industri pertambangan, menurut Dadan, adalah langkah penting, melibatkan adopsi energi terbarukan, elektrifikasi operasi pertambangan, dan teknologi canggih.
"Indonesia juga menerapkan praktik untuk mencegah hilangnya keanekaragaman hayati dan melindungi ekosistem alam, memastikan upaya pembangunan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab," jelas Dadan.
Sementara Menteri Perdagangan, Bisnis dan Hubungan Asia Northern Territory Australia Hon Robyn Cahill berharap agar kemitraan ini dapat segera diimplementasikan melalui kerja sama konkret di tingkat industri dan pemerintah.
"Sumber daya kami terus bertambah setiap hari, kami menemukan cadangan dan peluang baru, terutama di sektor mineral kritis. Banyak organisasi dan bisnis telah menyatakan minat mereka untuk berinvestasi di wilayah kami karena peluang yang signifikan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi tambang batu bara. Foto: Shutterstock
Nota Kesepahaman Rantai Pasok Mineral Kritis dan Strategis telah ditandatangani kedua belah pihak pada 12 November 2024. Sebagai implementasi kerja sama ini, pada April 2025 akan diselenggarakan Roadshow Mineral Indonesia-NT Australia, berupa kunjungan perusahaan pertambangan Indonesia ke NT, Australia.
Kemudian rangkaian kegiatan tersebut akan dilanjutkan dengan kunjungan ke Sulawesi (Sorowako dan Morowali) atau Maluku (Teluk Weda) pada Mei 2025.
Tak hanya itu, pada tahun 2025 juga akan dilaksanakan studi dan pengembangan bersama dalam eksplorasi teknologi pengolahan dan pemurnian untuk peningkatan efisiensi dan keberlanjutan, serta pengembangan keahlian dan pelatihan dengan pembentukan program pendidikan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.