RI Dinilai Mampu Swasembada Energi jika Subsidi Dicabut dan Masyarakat Disiplin

17 Desember 2024 16:49 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Country Head Indonesia Rystad Energy Sofwan Hadi di acara Media Briefing, Jakarta, Selasa (17/12/2024). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Country Head Indonesia Rystad Energy Sofwan Hadi di acara Media Briefing, Jakarta, Selasa (17/12/2024). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
ADVERTISEMENT
Lembaga riset internasional Rystad Energy mengajak agar setiap individu efisien dalam penggunaan jika ingin Indonesia swasembada di bidang energi.
ADVERTISEMENT
Hal itu diungkap oleh Country Head Indonesia Rystad Energy, Sofwan Hadi, menurutnya, ini masalah safe sustainability kemandirian swasembada energi, Indonesia butuh infrastruktur Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan memiliki pola pikir disiplin terkait penggunaan energi setiap harinya.
"Wah ini berat. Ini masalah safe sustainability kemandirian swasembada energi, berarti butuh infrastruktur, bukan masalah resourcesnya aja," kata Sofwan Hadi di acara Media Briefing, Jakarta, Selasa (17/12).
Sofwan mencontohkan, Jepang dan Korea Selatan tak punya resources energi, tetapi mereka bisa swasembada energi. Pasalnya, kata dia, kedua negara itu pintar menyimpan pasokan energi, bukan hanya membeli dan memakai energi saja.
"Contoh, Jepang dan Korea Selatan nggak punya resources tapi mereka swasembada, kenapa? Karena mereka simpan, bukan mereka beli terus cuma dipake. Jadi saya ngeliat, kalo kita ngomongin swasembada, satu yang kita ubah itu individu kita sebagai bangsa," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Sofwan menantang untuk mencabut subsidi energi yang selama ini diberi pemerintah. Katanya, jika subsidi dicabut, maka setiap individu akan hati-hati dalam menggunakan energi.
"Kalau kita mau swasembada artinya kita ngomongin yang kita pakai sama yang kita ambil. Kalau yang kita pake dikit, tapi yang kita ambil banyak ya swasembada kan. Cuma kita nggak pernah ngomongin yang kita pakai, kita selalu nuntut pemerintah untuk terus produksi," ujar Sofwan.
"Ya, yang paling simpel aja, penggunaan lampu kalau nggak dipakai ya dimatiin, di Singapura itu udah otomatis semua, karena mahal harga energinya. Intinya semua dari individu," lanjutnya.