Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.104.0
RI Gandeng Belanda dan Yordania Bangun Pabrik Bahan Baku Pupuk
14 Mei 2025 12:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia menjalin dua kerja sama strategis di sektor pertanian bersama Belanda dan Yordania.
ADVERTISEMENT
Kedua negara akan mendorong modernisasi sektor pertanian nasional mulai dari pengembangan hortikultura berbasis greenhouse hingga produksi pupuk murah untuk petani.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan kerja sama dengan Belanda difokuskan pada pengembangan hortikultura, terutama sayur dan buah berbasis teknologi rumah kaca.
Dia menyebut, proyek percontohan sudah mulai dilakukan di Purwakarta. Inisiatif seperti ini akan dipercepat agar bisa direplikasi di wilayah lain.
“Kita akan kerja sama hortikultura, jadi kita kerja sama di bidang itu dan bahkan sudah memulai di Purwakarta yang sudah dibangun, nah itu akan kita mengakselerasi nanti,” ujar Amran kepada wartawan di kantornya, Rabu (14/5).
Amran menjelaskan, Belanda dipilih karena memiliki keunggulan dalam teknologi hortikultura. Menurut mentan teknologi greenhouse akan meningkatkan produktivitas pertanian. Namun, Amran mengingatkan perlu dilakukan studi kelayakan, terutama menyangkut efisiensi harga.
ADVERTISEMENT
“Dan ini sangat bagus karena Belanda ahli bidang hortikultura, buah-buahan, sayuran, dengan membuat greenhouse itu hasilnya bisa 1 banding 10. Tapi saya katakan ini perlu kita kaji masalah harga, harga komoditasnya,” lanjutnya.
Di sisi lain, kerja sama dengan Yordania difokuskan pada pemanfaatan bahan baku pupuk dan transfer teknologi irigasi serta pemanfaatan drone. Yordania diketahui merupakan salah satu produsen terbesar di dunia untuk potas dan pospak, dua bahan penting dalam pupuk.
“Yang pertama adalah ada bahan baku pupuk karena dia produsen termasuk salah satu terbesar dunia untuk potas dengan pospak. Nah itu sangat bagus. Kami menawarkan bila menguntungkan kita bangun perusahaan bersama,” jelas Amran.
Rencana pembangunan pabrik pupuk bersama diharapkan dapat menekan biaya produksi pupuk nasional. Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, pabrik tersebut juga berpeluang mengekspor ke kawasan Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
“Dan bukan saja mensupply Yordania dan Indonesia tapi yang membutuhkan Asia Tenggara, Asia dan seterusnya. Ini ide besarnya, ini salah satu,” katanya.
Selain pupuk, kerja sama juga mencakup pengelolaan air (water management), khususnya irigasi tetes (drip irrigation) yang dinilai sangat efisien untuk kondisi lahan kering.
Indonesia juga akan mengadopsi teknologi drone asal Yordania yang digunakan untuk menyebar pupuk, pestisida, hingga herbisida, terutama di lahan rawa yang sulit diakses alat tanam konvensional.
“Drip irrigation itu sangat bagus disana. Nah kita coba ini diterapkan di Indonesia, kita sinergi kolaborasi. Kemudian dengan drone, dia ahli. Untuk menyebar pupuk dan pestisida herbisida. Ini sangat bagus,” ungkapnya.
Untuk menindaklanjuti seluruh rencana tersebut, Kementerian Pertanian telah membentuk tim kerja khusus atau working group Indonesia-Yordania. Pembentukan tim ini ditargetkan rampung dalam waktu dekat agar pembahasan proyek segera dimulai.
Menurut dia, efisiensi biaya pupuk menjadi perhatian utama karena akan langsung berdampak ke kesejahteraan petani. Jika bahan baku bisa diperoleh langsung dari Yordania dan pabrik dibangun bersama, maka harga pupuk bisa ditekan jauh lebih murah.
ADVERTISEMENT
“Kalau bisa menekan harganya, biar bahan bakunya. Kami yakin kalau kita bangun pabrik bersama, itu pasti harganya jauh di bawah,” ungkapnya.
Kementerian Pertanian juga akan terus mendorong pembangunan klaster pertanian modern di berbagai daerah, khususnya lahan rawa di Kalimantan dan Sumatera. Teknologi tinggi seperti drone akan dimanfaatkan secara maksimal untuk seluruh rantai proses penanaman, pemupukan, hingga pengendalian hama.
“Pestisida, herbisida, pupuk menggunakan drone, tanam menggunakan drone. Kemudian karena ada daerah rawa adalah daerah yang berlumpur. Itu untuk masuk alat tanam agak sulit, tapi kalau pakai drone itu bagus,” paparnya.
Amran menegaskan, semua kerja sama akan difokuskan pada keuntungan bersama. “Jadi kita sepakat posisinya menguntungkan kedua negara posisinya di mana. Itu dibahas nanti oleh tim,” katanya.
ADVERTISEMENT