RI Kena Tarif Trump, Bahlil Sebut Impor Sektor ESDM dari AS Bisa Naik Rp 235 T

17 April 2025 7:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti rapat yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/3/2025). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti rapat yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/3/2025). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah akan meningkatkan nilai impor dari Amerika Serikat (AS), salah satunya sektor ESDM hingga USD 14 miliar atau Rp 235,4 triliun (kurs Rp 16.814 per dolar AS).
ADVERTISEMENT
Hal ini sebagai respons pengenaan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump kepada Indonesia sebesar 32 persen. Negosiasi yang akan dilakukan adalah mengurangi jarak neraca perdagangan antara AS dan Indonesia.
Bahlil mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), defisit neraca perdagangan AS terhadap Indonesia mencapai USD 14,6 miliar pada tahun 2024. Dia sudah melapor kepada Presiden Prabowo Subianto terkait rencana kenaikan LPG dan minyak mentah (crude) dari AS.
"Kami kemarin sudah melaporkan kepada Bapak Presiden bahwa kita geser saja, dari sektor ESDM itu kita bisa menambah kurang lebih sekitar USD 10 sampai 14 miliar, dari sektor kita beli LPG, kita beli crude dari sana," katanya saat Halal bi Halal Partai Golkar, Rabu (16/4).
ADVERTISEMENT
Selain kenaikan impor, Bahlil menyebutkan terdapat usulan membawa kerja sama mineral kritis sebagai salah satu bahan negosiasi dengan AS. Namun, hal tersebut tidak dijelaskannya dengan rinci.
"Saya katakan itu bukan merupakan bagian daripada hal yang harus dikonsensuskan, tapi kita harus membuka diri, bagi semua negara termasuk Amerika, dan kita senang untuk bisa membawa mineral critical sebagai bagian daripada kerja sama bilateral kita," jelas Bahlil.
Bahlil menilai langkah Trump mengenakan tarif impor kepada negara yang memiliki neraca perdagangan surplus terhadap AS adalah hal yang wajar dilakukan oleh pengusaha.
Maka dari itu, Dia menilai kebijakan yang disebutnya sebagai gerakan tambahan agar orang lain berkompromi atau negosiasi dengan Trump ini jangan dianggap terlalu serius.
ADVERTISEMENT
"Dia buat dulu gerakan dia suruh orang semua kompromi, dan ini menurut saya ini hal yang biasa aja. Jangan juga ditanggapi serius seperti dunia ini sudah mau berakhir," tutur Bahlil.