RI Kena Tarif Trump, GIAMM Khawatir Produk Murah China Makin Marak di RI

6 April 2025 12:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi aktivitas di pabrik baru Karawang Assembly Plant 2 (KAP 2) milik Astra Daihatsu Motor (ADM) yang berlokasi di Kawasan Industri Surya Cipta, di Karawang Timur, Jawa Barat. Foto: Astra Daihatsu Motor
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi aktivitas di pabrik baru Karawang Assembly Plant 2 (KAP 2) milik Astra Daihatsu Motor (ADM) yang berlokasi di Kawasan Industri Surya Cipta, di Karawang Timur, Jawa Barat. Foto: Astra Daihatsu Motor
ADVERTISEMENT
Para pengusaha komponen otomotif yang tergabung dalam Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) menyampaikan kekhawatiran atas dampak kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mengenakan tarif impor 32 persen terhadap industri Indonesia. GIAMM menilai perlu adanya langkah strategis pemerintah dalam menyikapi situasi ini.
ADVERTISEMENT
Sekjen GIAMM, Rachmat Basuki, mendorong penerapan hambatan non-tarif seperti kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) guna melindungi industri nasional dari serbuan barang impor yang tidak kompetitif secara kualitas dan harga.
“Meski ada tantangan, kami tetap optimistis. Pasar Amerika masih terbuka. Selama tarif yang dikenakan terhadap Tiongkok tidak lebih rendah dari kita, produsen dalam negeri masih punya peluang untuk bersaing," ujar Basuki dalam keterangannya, Minggu (6/4).
Namun demikian, Basuki menyoroti potensi banjirnya produk komponen otomotif dari China ke pasar Indonesia akibat kebijakan dagang Amerika terhadap Negeri Tirai Bambu itu. "Produk-produk murah dari China, terutama untuk kebutuhan aftermarket, dikhawatirkan akan memperlemah daya saing produk lokal," tambahnya.
ADVERTISEMENT
GIAMM mengajak pemerintah untuk terus memperkuat diplomasi dagang dengan negara-negara mitra dan memastikan industri nasional mendapatkan perlindungan yang memadai, agar tetap dapat tumbuh dan berkontribusi pada perekonomian Indonesia.
Ia menilai, ekspor komponen otomotif Indonesia ke Amerika Serikat saat ini menempati posisi kedua terbesar setelah Jepang. "Ini tentu berdampak besar bagi industri kita, karena sebelumnya tarif masuk ke AS relatif kecil," jelasnya.
GIAMM mengusulkan pendekatan timbal balik atau reciprocal tariff sebagai solusi jangka pendek yang lebih adil. “Kalau mereka kenakan tarif tinggi, kita pun perlu menyesuaikan. Tarif dibalas tarif. Tapi juga jangan lupa opsi lain seperti menurunkan tarif untuk produk AS agar terjadi keseimbangan,” ujar Basuki.