3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

RI Langganan Impor Kurma, Bagaimana Dampaknya ke Ekonomi Tanah Air?

2 Maret 2025 12:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon pembeli melihat sejumlah jenis kurma di Toko Al Abira di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (1/3).  Foto: Widya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Calon pembeli melihat sejumlah jenis kurma di Toko Al Abira di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (1/3). Foto: Widya/kumparan
ADVERTISEMENT
Kurma menjadi produk yang rutin didatangkan Indonesia. Jumlah kurma yang masuk ke Tanah Air bisa meningkat menjelang Ramadan. Sebab, buah tersebut memang identik dinikmati saat bulan puasa.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), semakin mendekati puasa biasanya impor kurma lebih banyak dibandingkan dengan bulan-bulan jauh sebelum Ramadan.
Pada 2024 Ramadan dimulai pada 11 Maret dan diakhiri pada 9 April. Impor kurma tercatat meningkat cukup signifikan pada sebulan sebelum Ramadan, yaitu Februari 2024.
Pada Februari tahun lalu, impor kurma dengan kode Harmonized System (HS) 08041000 tercatat sebanyak 11,24 ribu ton dengan nilai USD 13,65 juta. Volume ini meningkat 51,48 persen dibandingkan volume impor kurma pada Januari 2024 sebanyak 7,42 ribu ton atau USD 13,65 juta.
Meskipun impor kurma pada Maret tercatat lebih rendah dibandingkan Februari, yaitu 10,36 ribu ton atau USD 14,11 juta. Namun tetap lebih tinggi dari April yang sebagian hari di bulan tersebut sudah bukan lagi Ramadan.
ADVERTISEMENT
Pada April, impor kurma tercatat 3,93 ribu ton dengan nilai USD 4,06 juta. Kemudian anjlok pada Mei yang tercatat hanya 591,37 ton atau USD 793.848
Meski sempat naik tipis di Juni menjadi 634,25 ton, namun tren impor kurma ini terus menurun pada Juli 634,25 ton, Agustus bahkan jauh lebih rendah yaitu 286,03 ton.
Peningkatan impor kurma mulai tercatat di akhir tahun 2024, mendekati Ramadan 2025 yaitu sejak Oktober sebanyak 2,94 ribu ton dengan nilai USD 3,58 juta.
Lalu November impor kurma tercatat sebanyak 6,21 ribu ton dengan nilai USD 8,13 juta, Desember 10,55 ribu ton USD 15,35 juta dan Januari masih dalam tren peningkatan yaitu sebanyak 16,43 ribu ton.
Sesditjen IKFT Kemenperin Kris Sasono Ngudi Wibowo dan Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal dalam gelaran Outlook Sektor IKFT tahun 2025 di Yogyakarta, Selasa (17/12/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, menilai importasi kurma bisa menjadi salah satu jalan agar hubungan dagang Indonesia dengan negara-negara di Timur Tengah dalam keadaan baik.
ADVERTISEMENT
Menurutnta, kurma merupakan produk yang wajar diimpor Indonesia, karena bukan yang bisa diproduksi di Tanah Air. Sementara, permintaan kurma dari dalam negeri terbilang cukup tinggi.
“Sebetulnya karena kita memang punya kebutuhan untuk mengimpor dari negara-negara penghasil kurma, seperti negara-negara Timur Tengah misalnya, nah ini sebetulnya kita bisa pakai untuk perjanjian perdagangan dengan negara yang kita impor,” kata Faisal kepada kumparan, Jumat (28/2).
Kemudian dengan hubungan dagang yang luwes ini, Indonesia bisa mengekspor produk dalam negeri yang memiliki demand tinggi di negara-negara penghasil kurma tersebut.
Terlebih, Faisal melihat Indonesia dengan negara-negara di Timur Tengah memiliki kesamaan dalam hubungan perdagangan, yaitu soal persyaratan halal. Ia mengatakan mayoritas produk dalam negeri yang diekspor ke negara di Timur Tengah sudah mengantongi sertifikat halal. Sehingga, hal ini seharusnya bisa didorong lebih maksimal lagi oleh pemerintah.
Suasana pedagang kurma pada hari pertama puasa di Blok C, Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (1/3/2025). Foto: Luthfi Humam/kumparan
Sementara dari sisi dampak impor dan penjualan kurma terhadap ekonomi, ekonom CORE Yusuf Rendy Manilet melihat tingginya konsumsi dan impor produk tersebut di Indonesia tidak terlalu berdampak pada neraca perdagangan Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Dia membandingkan impor kurma pada Januari 2025 mencapai 16,43 ribu ton dengan nilai USD 20,68 juta, dengan total impor Indonesia yang mencapai USD 18 miliar pada bulan yang sama.
“Nilai ini hanya mencakup kurang dari 0,12 persen terlalu kecil untuk memberikan dampak signifikan pada perekonomian nasional. Selain kontribusi yang minim terhadap total impor, efek pengganda dari impor kurma juga tergolong rendah,” kata Yusuf kepada kumparan, Jumat (28/2).
Terlebih, kurma lebih banyak dikonsumsi langsung tanpa banyak melibatkan sektor lain seperti industri manufaktur, pertanian, atau transportasi dalam skala besar.
Meski demikian, menurut dia, impor kurma tetap memberikan kontribusi minor ke kas negara melalui bea masuk dan pajak impor. Selain itu, distribusi dan penjualan kurma di pasar lokal dapat membuka peluang usaha bagi pedagang, meskipun skalanya tidak besar.
ADVERTISEMENT
“Dengan demikian, meskipun impor kurma mengalami peningkatan menjelang Ramadan, dampaknya terhadap ekonomi Indonesia secara keseluruhan tetap terbatas,” terang Yusuf.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda. Foto: Rizka Khaerunnisa/Antara
Senada dengan Yusuf, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mengatakan peningkatan permintaan kurma yang terkait dengan kebiasaan masyarakat Indonesia jelang Ramadan ini hanya menimbulkan dampak terbatas terhadap perekonomian.
Hal ini dikarenakan pasokan kurma berasal dari luar negeri, terutama dari Mesir. Sehingga, tidak ada multiplier effect yang ditimbulkan dari adanya peningkatan permintaan kurma.
“Paling, hanya berpengaruh di sisi perdagangan, angkutan barang, dan penyediaan makan minum. Tidak ada berdampak kepada penyerapan tenaga kerja yang signifikan,” tutur Nailul.