RI Mau Produksi 600 Ribu Kendaraan Listrik di 2030, Subsidi BBM Hemat Rp 131 M

3 Juli 2024 12:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi mengunjungi stan kendaraan listrik pada pameran Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2024 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Jumat (3/5/2024). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi mengunjungi stan kendaraan listrik pada pameran Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2024 di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Jumat (3/5/2024). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan komitmen pemerintah mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Hal itu bisa dilihat salah satunya dengan adanya pabrik baterai mobil listrik pertama di Indonesia milik PT Hyundai LG Indonesia (HLI Greenpower Indonesia) di Karawang, Jawa Barat, yang diresmikan Presiden Jokowi pada Rabu (3/7).
ADVERTISEMENT
Luhut mengungkapkan target Indonesia bisa memproduksi 600 ribu kendaraan listrik pada 2030. Ia memastikan kendaraan tersebut bisa berdampak positif ke pengurangan emisi hingga hemat subsidi BBM.
"Indonesia memiliki target 600 ribu kapasitas produksi EV (electric vehicle) di tahun 2030 sehingga produksi Kona Eletric akan 50 ribu unit per tahun, ini akan menambah kapasitas produksi Indonesia secara signifikan. Produksi ini diperkirakan mengurangi emisi Co2 sekitar 60 ribu ton per tahun," kata Luhut di PT Hyundai-LG Indonesia Green Power, Karawang, Rabu (3/7).
"Dan juga akan mengurangi impor BBM 45 juta liter per tahun, serta penghematan subsidi BBM yang mencapai Rp 131 miliar per tahun dan akan bertambah seiring jumlah kendaraan yang beredar," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi meresmikan Hyundai-LG Indonesia Green Power di Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/7). Foto: Nadia Riso/kumparan
Selain itu, Luhut menilai permintaan global untuk kendaraan listrik tumbuh pesat. Sehingga dengan adanya pabrik yang terintegrasi, Indonesia siap menjadi pemain kunci dalam rantai pasok produksi kendaraan listrik.
"Langkah strategis ini tidak hanya meningkatkan perekonomian kita tapi menciptakan ribuan lapangan kerja, mendorong inovasi, dan pengembangan keterampilan di antara tenaga kerja kita," ujar Luhut.
Luhut juga mengatakan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dapat meningkat dari 40 persen menjadi 80 persen dengan adanya penggunaan baterai lithium pada produksi mobil Kona Electric.
"Ini merupakan langkah awal untuk mendorong peningkatan nilai tambah industri dalam negeri," tutur Luhut.