RI Minta Dukungan Tony Blair Kembangkan Potensi CCS Lintas Negara

24 April 2024 16:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tony Blair  Foto: REUTERS/Neil Hall
zoom-in-whitePerbesar
Tony Blair Foto: REUTERS/Neil Hall
ADVERTISEMENT
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkapkan eks Perdana Menteri Inggris Tony Blair mendukung pengembangan tempat penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS) di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal ini menyusul pertemuan Tony Blair bersama Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (18/4). Diskusi keduanya mengerucut kepada dua hal penting, yakni investasi energi baru terbarukan (EBT), carbon storage, dan beberapa alur logistik khususnya di IKN.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Jodi Mahardi mengatakan Tony melalui Tony Blair Institute for Global Change (TBI) akan membantu Indonesia dalam melakukan pendekatan dengan calon offtaker.
"Tony Blair Institute juga salah satu yang membantu kita melakukan offerage juga ke offtaker-offtaker juga pengembangan investasi di sektor CCS ini," ungkapnya saat ditemui di kantornya, Rabu (24/4).
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves, Jodi Mahardi, saat ditemui di kantornya, Rabu (24/4/2024). Foto: Fariza/kumparan
Jodi menyebutkan, CCS menjadi salah satu sumber perekonomian Indonesia dan juga untuk mendukung dekarbonisasi, terutama untuk industri seperti baja, kaca, petrokimia, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
"Pak Tony Blair tentunya menyampaikan juga harapan supaya bisa terus ikut membantu Indonesia dan melakukan kerja sama dengan negara-negara lain terutama kerja sama cross border," jelasnya.
Jodi menambahkan, pembahasan ini juga menyusul rencana pengeboran sumur appraisal di Cekungan Sunda-Asri oleh PT Pertamina (Persero) dan ExxonMobil Indonesia yang merupakan kandidat CCS di tahun ini.
"Sekarang kan progresnya implementasinya on track, appraisal drilling akan dilakukan tahun ini oleh Pertamina dan insyaallah FID (Final Investment Decision) di Sunda Asri itu segera bisa dilakukan dalam 1-2 tahun ke depan," pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama Pertamina, Wiko Migantoro, menyebutkan saat ini pihaknya masih menunggu aturan turunan Peraturan Presiden (Perpres) No 14 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon.
ADVERTISEMENT
"Setelah Perpres keluar mengenai CCS, kita tentu saja meresponsnya dengan positif, menyiapkan Asri Basin itu sebagai kandidat CCS bersama dengan Exxon," ungkap Wiko saat ditemui di Lapangan Banyu Urip, Bojonegoro, Jumat (1/3).
Cekungan Sunda-Asri merupakan penyimpanan karbon dengan jenis saline aquifer. Wiko menargetkan, pengeboran sumur perdana dilakukan akhir 2024 atau awal 2025.
"Diharapkan akhir tahun ini atau awal tahun depan kita sudah ada bor sumur appraisal. Dari situ nanti ada milestone lagi kita bisa menghitung berapa biaya sesungguhnya untuk CCS termasuk total investasinya," jelas Wiko.
CCS Hub Sunda-Asri merupakan saline aquifer yang memiliki potensi 3 gigaton of CO2. Posisi Sunda-Asri sangat baik karena dikelilingi oleh pusat emisi yang berada di Sumatera Selatan dan Cilegon (Banten). Dengan demikian, Sunda-Asri dapat mendukung dekarbonisasi pada industri-industri tersebut.
ADVERTISEMENT
Wiko menyebutkan, Pertamina berkoordinasi dengan Kementerian ESDM terkait aturan turunan Perpres CCS yang ditargetkan bisa terbit di Juni 2024. Sambil menunggu, perusahaan akan membuat konsep kerja sama CCS ini.
"Kita membuat konsep dua ya, apakah amandemen PSC yang sekarang, atau nanti kontrak baru tadi yang dikatakan injection sharing atau apa. kita belum tau seperti apa," tuturnya.
Dia menambahkan, salah satu permintaan potensial dari CCS ini adalah Kilang Petrokimia Hijau yang sedang digarap ExxonMobil. Kedua proyek ini, CCS dan kilang, merupakan buah hasil pertemuan Presiden Jokowi Chairman ExxonMobil Corporation Darren Woods di AS beberapa waktu lalu.
"Nanti tetap kita mapping juga bagaimana, FID (Final Investment Decision) diharapkan mungkin di 2026 awal, di situ semua sudah settle mengenai appraising, demand, kapasitas storage," tutur Wiko.
ADVERTISEMENT