RI Siap Ekspor Listrik ke Singapura, Nilainya Diprediksi Tembus Miliaran USD

29 Agustus 2024 13:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Deputi Bidang Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Rachmat Kaimuddin di Jakarta pada Jumat (1/3). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Deputi Bidang Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Rachmat Kaimuddin di Jakarta pada Jumat (1/3). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
Sejumlah perusahaan akan mendapat lisensi ekspor listrik ke Singapura melalui penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) pada gelaran ajang ISF 2024 5-6 September 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin menuturkan, otoritas Singapura akan memberikan conditional lisence atau lisensi bersyarat bagi eksportir listrik ke Singapura.
Rahmat menjelaskan, nilai kerja sama ini diperkirakan bisa mencapai angka miliaran Dolar Amerika Serikat. Terlebih, MoU pemberian lisensi bersyarat ini hanya satu dari 10 kerja sama yang akan ditandatangani dalam gelaran ini.
“Tapi hari ini yang sudah kita akomodir itu ada 10 dan tentunya ada beberapa yang akan besar yaitu satu, rencananya pemberian kondisional license transfer listrik ke Singapura itu nilainya bisa billion USD,” kata Rachmat dalam konferensi ISF 2024 di Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Kamis (29/8).
ISF 2024 merupakan forum dengan lima pilar utama yang diperlukan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, antara lain transisi energi, industri hijau, keanekaragaman hayati dan konservasi alam, kehidupan berkelanjutan, dan ekonomi biru.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Rachmat menjelaskan, dari sisi proses untuk mendapatkan lisensi bersyarat untuk mengekspor listrik ini, ada beberapa perusahaan yang sudah mendapatkan conditional approval atau persetujuan bersyarat dari otoritas energi Singapura.
Artinya, selangkah lagi perusahaan-perusahaan tersebut akan mendapatkan lisensi bersyarat untuk bisa mengekspor listrik ke Singapura. Meskipun Rachmat tidak menjelaskan perusahaan penyedia listrik mana saja yang telah menerima conditional approval tersebut.
"Saat ini kita sudah ada beberapa perusahaan yang mendapatkan conditional approval, untuk next-nya mendapat conditoonal lisence dari pemerintah Singapura,” imbuh Rachmat.
Rachmat juga berharap langkah beberapa perusahaan penyedia energi untuk menembus pasar Singapura ini menjadi pemecut semangat bagi pelaku usaha lain agar dapat mengambil langkah yang sama. Sebab, hal ini memperbesar potensi kerja sama energi antara Indonesia dengan Singapura.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya masih ada beberapa perusahaan lagi lainnya yang saat ini berupaya untuk mendapatkan conditional approval dari pemerintah Singapura, kalau itu bisa selesaikan dan kita announce juga itu bisa jadi kabar baik," terangnya.
Selanjutnya nota kesepahaman lain yang akan ditandatangani dalam gelaran ini adalah kerja sama mengenai Carbon Capture dan Storage (CCS). “Dan ada kerjasama mengenai Carbon Capture Storage dengan Pertamina, tapi kita lagi on going,” tutup Rachmat.
Sebelumnya, Indonesia menargetkan ekspor listrik ke Singapura mulai tahun 2026-2027. Kerja sama perdagangan listrik rendah emisi karbon yang diteken antara pemerintah Indonesia dan Singapura yakni sebesar 2 gigawatt (GW).
Ada 5 perusahaan Indonesia yang telah mengajukan proposal penyediaan listrik rendah karbon ke Singapura, yakni Konsorsium Pacific Medco Solar Energy Medco Power with Consortium partners, PacificLight Power Pte Ltd (PLP) and Gallant Venture Ltd, a Salim Group company, Adaro Green, dan TBS Energi Utama.
ADVERTISEMENT
Secara kolektif perusahaan-perusahaan tersebut akan memasang sekitar 11 GW dengan kapasitas fotovoltaik surya (solar PV) dan 21 GW penyimpanan energi baterai di Indonesia. Sementara PT PLN (Persero) akan mengembangkan transmisi listriknya.