RI Ternyata Masih Impor Nikel Meski Jadi Produsen Terbesar, Ini Alasan ESDM

31 Agustus 2023 14:58 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tambang nikel. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tambang nikel. Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian ESDM mengungkapkan Indonesia masih impor nikel dari Filipina. Padahal, Indonesia merupakan produsen sekaligus memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Masalah impor nikel dari Filipina ini diresahkan Anggota Komisi VII DPR Fraksi Demokrat, Muhammad Nasir. Dia mempertanyakan apakah ada kendala birokrasi yang terjadi di Kementerian ESDM.
"Penghasil nikel terbesar ini nomor 1 di dunia itu Indonesia, hari ini kita mengimpor. Kendalanya seperti apa untuk birokrasi dalam perhatian saudara Menteri, kenapa sampai terjadi kita mengimpor nikel ini, padahal konsesi kita cukup besar," tegas Nasir saat rapat kerja Komisi VII DPR dengan Menteri ESDM, Kamis (31/8).
Menjawab pertanyaan Nasir, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan perusahaan yang mengimpor nikel tersebut adalah perusahaan yang selama ini mengambil bahan baku dari Blok Mandiodo.
Adapun operasional pertambangan bijih nikel Izin Usaha Pertambangan (IUP) milik PT Antam (Persero) yang terletak di Konawe Utara tersebut, disetop usai ada dugaan kasus korupsi yang diungkap Kejaksaan Agung.
ADVERTISEMENT
"Kita sudah telusuri berita-berita di media tersebut dan terindikasi bahwa perusahaan yang mengimpor itu adalah perusahaan yang selama ini mengambil bahan baku dari Mandiodo yang sedang bermasalah," jelasnya.
Menteri ESDM Arifin Tasrif di kantor Kementerian ESDM, Jumat (5/5/2023). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Ditemui usai rapat, Arifin menjelaskan, para penambang nikel pada dasarnya sudah memiliki kontrak dengan offtaker atau industri pengguna bijih nikel, seperti fasilitas pengolahan mineral atau smelter.
"Tambang lain kan terikat mereka kan enggak mau ekstra produksi, jadi memang untuk menutup gap yang sementara ini mereka impor, ya silakan," tutur dia.
Meski begitu, Arifin memastikan pemerintah akan mencari solusi agar perusahaan tersebut tidak terus mengimpor nikel dan memanfaatkan produksi yang ada di dalam negeri.
"Tapi ke depannya ya kita akan carikan supaya bisa," pungkasnya.
ADVERTISEMENT