Riang Bocah-bocah Menanti Senja Luruh, di Tasikmalaya yang Tak Lagi Kumuh

13 Oktober 2021 7:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana kawasan Cipanyir, Tasikmalaya, Jawa Barat pada Selasa sore (12/10). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kawasan Cipanyir, Tasikmalaya, Jawa Barat pada Selasa sore (12/10). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
ADVERTISEMENT
Suasana kawasan Cipanyir riuh oleh suara bocah-bocah kala kumparan menapaki pintu masuk kampung di Tasikmalaya, Jawa Barat pada Selasa sore (12/10).
ADVERTISEMENT
Sebagian tengah bermain sambil bernyanyi dalam bahasa Sunda. Lainnya ada yang bersepeda hingga menikmati jajanan di kawasan yang dibatasi aliran sungai tersebut. kumparan tiba di lokasi sekitar pukul 17.20 WIB.
Di jembatan dan sepanjang bibir aliran sungai yang ditanami banyak bangku, anak-anak sampai muda-mudi duduk tenang menunggu senja luruh. Suara obrolan ibu-ibu pun tak kalah riuh. Bersahutan dengan bunyi aliran air yang tak begitu bergemuruh.
Suasana kawasan Cipanyir, Tasikmalaya, Jawa Barat pada Selasa sore (12/10). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Tidak begitu jernih namun tak juga keruh. Didukung cuaca teduh yang kontras dengan jejeran bangunan berwarna lusuh.
Suasana demikian, baru sebulan belakangan terjadi di kawasan yang merupakan gabungan dari Kelurahan Cipedes dan Panyingkiran. Dulunya wilayah ini langganan banjir, sampah menumpuk, hingga kesulitan akses air bersih. Tak ada jalan-jalan bagus, anak-anak sekolah mesti memutar sebelum jembatan dibangun.
ADVERTISEMENT
Kawasan yang menaungi 8 RW itu belum lama berubah. Kementerian PUPR di bawah Direktorat Jenderal Cipta Karya, menyulap permukiman padat penduduk ini dengan program Kotaku (Kota Tanpa Kumuh).
Suasana kawasan Cipanyir, Tasikmalaya, Jawa Barat pada Selasa sore (12/10). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Jembatan yang selama sebulan terakhir tak pernah sepi itu, merupakan salah satu infrastruktur yang dibangun lewat program tersebut. Di depannya tampak berdiri sepasang tugu bertuliskan Payung Geulis. Bangunan permukiman padat di seberang jembatan terlihat jelas sedari pintu masuk ini.
Terus berjalan ke bawah, tampak dinding aliran sungai baru dibatasi tembok penahan tanah. Permukaannya dilapisi lukisan aneka warna bunga-bunga. Seperti juga pagar jembatan dan pagar di bibir sungai yang dicat beragam warna pula. Sepanjang jalan sekitar 200 meter, berjejer aneka jajanan khas setempat.
ADVERTISEMENT
Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Barat, Oscar Siagiaan, mengungkapkan setidaknya butuh waktu 3 tahun buat mempercantik kawasan yang dulu kumuh ini.
Suasana kawasan Cipanyir, Tasikmalaya, Jawa Barat pada Selasa sore (12/10). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
“Di sini kegiatannya sudah dimulai 2 sampai 3 tahun lalu dengan pendekatan Kotaku skala lingkungan. Sedangkan skala kawasan baru mulai akhir 2020, dan selesai Agustus 2021,” jelas Oscar di lokasi, Selasa (12/10).
Oscar membeberkan, sejumlah infrastruktur baru di kampung yang menaungi 869 kepala keluarga (KK) ini, selain jembatan ada pembukaan akses jalan baru yang menjadi penghubung ke jalan lintas provinsi.
Selanjutnya penataan kawasan sungai dengan dibangunnya tembok penahan tanah sepanjang 200 meter. Kemudian dibikin juga tempat pembuangan sampah berkonsep 3R, sumur bor, sampai pada drainase buat menampung aliran hujan.
Suasana kawasan Cipanyir, Tasikmalaya, Jawa Barat pada Selasa sore (12/10). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Menurut Oscar, dibutuhkan anggaran miliaran rupiah buat menyulap kampung ini menjadi seperti sekarang.
ADVERTISEMENT
“Pagunya (anggaran) waktu itu Rp 6,5 miliar, kontraknya jadi Rp 6 miliar. Penataan kawasan 8 bulan, ini sudah selesai dan masa pemeliharaan,” tuturnya.

Ekonomi Masyarakat Kian Bergairah

Anak-anak Cipanyir agaknya tak perlu khawatir lagi bakal kekurangan jajan saat sore menjelang. Penataan tempat bermukim mereka dengan anggaran tak sedikit itu, diharapkan mampu menggairahkan perekonomian masyarakat. Di antaranya lewat sektor pariwisata, pengolahan sampah terpadu, dan geliat UMKM baru.
Nana Suryana, yang merupakan mantan Ketua RW di sana, mengungkapkan sebagian besar warga dulunya cuma berprofesi sebagai buruh harian lepas. Keberadaan jembatan tiba-tiba membuat orang hampir tiap hari berkunjung.
Suasana kawasan Cipanyir, Tasikmalaya, Jawa Barat pada Selasa sore (12/10). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Tak sampai sebulan, jembatan itu jadi destinasi wisata lokal baru. Sebagian masyarakat menyambut hal itu dengan mulai berjualan.
ADVERTISEMENT
“Mayoritas mata pencarian buruh harian lepas kebanyakan. Sekarang bisa berjualan, untuk membantu suaminya, ibu-ibu berjualan,” tutur Nana.

PUPR Bakal Tata 8 Kawasan Kumuh Lagi di Jabar

Ditjen Cipta Karya PUPR, menurut Oscar, masih akan melakukan penataan terhadap sejumlah kawasan lainnya di Jawa Barat. Setidaknya, ada 7 kawasan yang sudah final serta satu lainnya masih dalam proses lelang.
Kawasan ini tersebar dari Bojong Gede Bogor, Erka 1 di Purwakarta, Cipanyir di Tasikmalaya, sampai Ciamis. Kemudian ada pula di Kabupaten dan Kota Cirebon, serta Indramayu yang masih tahap lelang.
Adapun program Kotaku ini, mengusung jargon Gerakan 100-0-100: 100 persen air minum layak, 0 persen permukiman kumuh, 100 persen akses sanitasi layak.