news-card-video
24 Ramadhan 1446 HSenin, 24 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Rindu Kampung Halaman, tapi Dompet Tak Mengizinkan

23 Maret 2025 10:42 WIB
ยท
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penumpang kereta menjelang mudik lebaran. Foto: KAI
zoom-in-whitePerbesar
Penumpang kereta menjelang mudik lebaran. Foto: KAI
ADVERTISEMENT
Rindu Rizky (29) ke kampung halaman dengan berat hati harus ditunda. Buruh pabrik di Bekasi ini terpaksa mengurungkan niat berkumpul dengan keluarga di momen Lebaran 2025.
ADVERTISEMENT
Keputusan tidak mudik tahun ini sempat membuat ibunya Rizky kecewa. Namun, setelah dijelaskan kondisi finansial yang tidak memungkinkan, keluarga Rizky akhirnya bisa memahami situasi yang terjadi.
"Biasanya saya selalu pulang ke Purworejo. Tapi tahun ini beda. Gaji saya tetap segitu-segitu saja, sementara harga tiket (transportasi) naik. Kalau saya paksakan, nanti balik ke Jakarta malah bingung buat makan," kata Rizky kepada kumparan.
Selain itu, Rizky juga menghadapi ketidakpastian di tempat kerjanya. Ia mendengar kabar, perusahaan tempatnya mengais nafkah akan melakukan pengurangan karyawan.
"Di pabrik sudah mulai ada gosip bakal ada pengurangan karyawan. Lembur saya juga dikurangi, jadi penghasilan ikut turun. Makanya, saya lebih baik tahan uang dulu," ujar Rizky.
Lebaran memang identik dengan tradisi mudik, momen di mana perantau pulang ke kampung halaman untuk berkumpul bersama keluarga. Namun, bagi sebagian masyarakat, pulang kampung tahun ini menjadi kemewahan yang sulit terjangkau. Harga tiket transportasi yang melonjak, penghasilan yang stagnan, serta ancaman PHK membuat banyak orang memilih untuk tetap tinggal di perantauan.
ADVERTISEMENT
Tak heran, jumlah pemudik tahun ini diprediksi akan turun. Data Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menunjukkan bahwa jumlah pemudik tahun ini diperkirakan hanya 146,48 juta orang, turun 24 persen dibandingkan 2024 yang mencapai 193,6 juta orang. Dampaknya, bisa saja membuat perputaran uang selama Lebaran juga mengalami ikut menurun.
Kondisi Rizky juga dialami Rina (27). Pegawai bank asal Semarang ini juga memilih untuk tidak mudik demi berhemat. Biaya hidup di Jakarta yang semakin tinggi dan pengeluaran Lebaran yang besar membuatnya mengambil keputusan tersebut.
"Tahun ini enggak mudik. Orang tua juga sudah paham kalau saya harus ngirit dulu," ujarnya.
Meski tidak bisa berkumpul dengan keluarga secara langsung, Rina tetap mencoba menciptakan suasana Lebaran di perantauan. Ia berencana memasak opor ayam sendiri dan merayakan dengan teman-teman yang juga tidak mudik.
ADVERTISEMENT
"Agak sepi (nggak mudik) tapi saya tetap bisa video call keluarga. Mungkin nanti juga bakal kumpul sama teman-teman yang nggak mudik. Rencana masak opor sendiri biar suasana Lebaran tetap terasa," kata Rina.
Untuk mengisi waktu selama libur Lebaran, ia sesekali akan jalan-jalan di Jakarta, tetapi tetap membatasi pengeluaran.
com-BNI, ilustrasi berkumpul dengan teman Foto: Shutterstock
Sementara itu, bagi mereka yang masih bisa mudik, kondisi ekonomi tetap menjadi pertimbangan utama dalam mengatur pengeluaran. Adit (30), seorang karyawan swasta asal Yogyakarta, tetap memprioritaskan pulang kampung karena merasa ada yang kurang jika Lebaran tidak dihabiskan bersama keluarga.
"Iya, saya mudik ke Yogyakarta. Lebaran tanpa pulang kampung itu rasanya ada yang kurang. Apalagi, sudah dua tahun terakhir saya enggak sempat pulang," ungkap Adit.
ADVERTISEMENT
Demi menekan biaya, Adit memilih moda transportasi yang lebih terjangkau. "Naik kereta, sudah pesan tiket sejak awal Maret karena takut kehabisan. Tiket pesawat mahal banget tahun ini, jadi cari yang lebih terjangkau," ujar Adit.
Meskipun berada di kampung halaman, Adit memastikan pengeluarannya bakal lebih dikendalikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Ada rencana belanja oleh-oleh khas Yogya buat teman-teman kantor. Tapi, tetap lebih banyak di rumah, sih. Lagi jaga pengeluaran karena biaya hidup di Jakarta makin mahal," tutur Adit.

Sepi Pemudik, Perputaran Uang Lebaran 2025 Diprediksi Menurun

Ilustrasi menghitung uang tip Foto: Shutter Stock
Semakin banyak perantau yang tidak bisa mudik seperti Rizky dan Rina bisa saja berdampak ke perputaran uang, khususnya di daerah. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah, Sarman Simanjorang, menyebut turunnya jumlah pemudik berdampak langsung pada perputaran uang selama Lebaran.
ADVERTISEMENT
"Jika tahun lalu asumsi perputaran uang selama Idulfitri 2024 mencapai Rp 157,3 triliun, maka asumsi perputaran uang libur Idulfitri 2025 diprediksi mencapai Rp 137,975 triliun," kata Sarman dalam keterangannya.
Prediksi tersebut dihitung dari jumlah pemudik tahun ini sejumlah 146,48 juta orang atau setara dengan 36,26 juta keluarga dengan asumsi per keluarga 4 orang. Jika rata-rata keluarga membawa uang Rp 3,75 juta atau naik 10 persen dari tahun lalu maka potensi perputaran uang diprediksi mencapai Rp 137, 975 triliun. Angka tersebut masih berpotensi naik karena angka rata-rata per keluarga diambil angka yang minimal dan moderat.
Jika per keluarga membawa rata-rata Rp 4 juta maka potensi perputaran bisa mencapai Rp 145,040 triliun. Sehingga potensi perputaran dikisaran Rp 137 triliun sampai Rp 145 triliun.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi ini. Pertama, jarak antara libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) dengan Idulfitri yang berdekatan. Hal itu membuat banyak orang yang sudah berlibur saat Nataru memilih untuk tidak mudik saat Lebaran.
Kedua, dengan kondisi ekonomi saat ini masyarakat cenderung menghemat (saving), mengingat dalam beberapa bulan ke depan akan memasuki tahun ajaran baru yang memerlukan biaya masuk sekolah. Ketiga, maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
"Penurunan daya beli masyarakat dan faktor cuaca juga mempengaruhi niat masyarakat untuk pulang kampung," ujar Sarman.
Bagi banyak orang, keputusan untuk tidak mudik bukan hanya soal uang, tetapi juga tentang bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi. Meskipun berat, mereka harus memprioritaskan kebutuhan hidup sehari-hari dibandingkan tradisi tahunan.
ADVERTISEMENT
Bagi yang masih bisa mudik, pengeluaran tetap menjadi perhatian utama. Tidak sedikit yang akhirnya menahan diri dari pengeluaran berlebihan agar tetap bisa bertahan setelah kembali ke kota perantauan.
Lebaran tahun ini bisa jadi berbeda, lebih banyak rindu yang tertahan, lebih banyak kalkulasi sebelum mengambil keputusan. Namun, di balik semua itu, satu hal tetap sama: harapan bahwa keadaan akan membaik dan mudik di tahun berikutnya bisa kembali menjadi momen bahagia tanpa beban finansial yang berat.