Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Rini soal Rencana Pertamina Jual Aset: untuk Memperkuat Keuangan
19 Juli 2018 21:37 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Pada 6 Juni 2018, Direksi Pertamina mengirimkan surat ke Menteri BUMN Rini Soemarno yang isinya meminta izin untuk mengkaji penjualan sebagian aset di hulu migas dan kilang agar dapat menggandeng mitra strategis.
ADVERTISEMENT
Menjawab surat tersebut, Rini memberikan persetujuan prinsip lewat surat dengan judul hal ‘Persetujuan Prinsip Aksi Korporasi untuk Memperatahankan Kondisi Keuangan PT Pertamina (Persero)' yang ditandatangani pada 29 Juni 2018.
Terkait suratnya yang beredar luas ini, Rini menjelaskan bahwa jual beli aset adalah aksi korporasi biasa. Penjualan aset tak selalu negatif. Bisa saja dilakukan untuk memperkuat neraca keuangan perusahaan.
“Coba dibaca, Pertamina itu korporasi. Punya aset yang banyak. Seperti yang saya katakan di surat itu bahwa kita memberikan fleksibilitas kepada Direksi Pertamina untuk melihat mungkin bisa diturunkan kepemilikannya guna memeperkuat neraca keuangan,” kata Rini saat ditemui di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (19/7).
Ia menambahkan, penjualan aset pun tak dilakukan sembarangan. Prosesnya pun harus melalui kajian mendalam, dibahas bersama Dewan Komisaris, dan disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
ADVERTISEMENT
Penjualan aset juga tidak boleh menghilangkan kontrol Pertamina. BUMN perminyakan itu harus tetap memegang kendali.
“Kontrolnya harus ada di Pertamina. Lalu, proses penjualannya itu harus Good Corporate Governance (GCG) dan transparan. Itu aksi korporasi biasa. Kalau korporasi tidak bisa jual beli aset kan aneh,” ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, VP Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito menjelaskan bahwa pihaknya meminta izin kepada Kementerian BUMN untuk mengkaji penjualan sebagian kepemilikan agar dapat menggandeng mitra strategis.
Pertamina membutuhkan mitra strategis di proyek-proyek hulu migas hingga kilang untuk meminimalkan risiko. Sebab, industri migas adalah bisnis yang memiliki tingkat risiko tinggi dan membutuhkan modal besar. Partner strategis digandeng untuk meminimalkan risiko dan memperkuat modal.
"Dalam industri migas, risiko dan dana yang dibutuhkan besar sehingga perlu adanya mitra strategis. Itu supaya ada capital masuk, alih teknologi, dan kita juga bisa memanfaatkan jaringan pasar yang dimiliki mitra strategis," kata Adiatma kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Kata Adiatma, saat ini keuangan Pertamina dalam kondisi sehat. Rencana penjualan aset tersebut diklaimnya semata-mata untuk mencari partner dan meminimalkan risiko di bisnis migas, tidak ada kaitannya dengan keuangan Pertamina.
"Ini cerita beda (dengan kondisi keuangan Pertamina), enggak ada hubungannya. Industri migas itu selalu berpartner. Jadi sebetulnya surat itu surat biasa," tutupnya.