Riset DBS Group: Berkah Industri Ritel di Tengah Pandemi Corona

21 April 2020 18:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi toko ritel Foto: @shalome05 via AP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi toko ritel Foto: @shalome05 via AP
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk tidak memberlakukan penutupan menyeluruh (lockdown) di tengah pandemi virus corona (COVID-19). Seperti diketahui, pemerintah lebih menekankan pada physical/social distancing, termasuk menutup sekolah, pusat perbelanjaan, kegiatan keagamaan dan kantor-kantor. Pemerintah kemudian meminta masyarakat untuk tetap tinggal di rumah dan keluar hanya saat diperlukan seperti untuk membeli bahan makanan.
ADVERTISEMENT
Imbas imbauan tersebut menyebabkan sebagian besar toko barang-barang non esensial, seperti pusat perbelanjaan hingga restoran harus tutup. Hanya supermarket, minimarket dan apotek yang diperkenankan tetap beroperasi. Dalam laporan riset terbarunya, DBS Group Research menyatakan bahwa kondisi ini ternyata membawa angin segar bagi supermarket dan minimarket. Sebab, dalam masa pandemi ini masyarakat pun menyerbu supermarket hingga minimarket untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Ini merupakan hal positif bagi supermarket dan minimarket. Kami memperkirakan kenaikan jumlah orang-orang ke toko-toko ini untuk membeli kebutuhan pokok,” tulis DBS Group Research dalam risetnya, Selasa (21/4).
Berdasarkan survei ritel oleh Bank Sentral, indeks penjualan ritel mencatat kontraksi sebesar 0,8 persen secara tahunan (yoy) pada Februari 2020. Perlambatan indeks disebabkan oleh pertumbuhan lebih lambat pada pakaian (-40,4 persen yoy), barang terkait budaya dan rekreasi (-16,8 persen yoy), bahan bakar otomotif (-4,6 persen yoy), serta peralatan komunikasi dan informasi (-4 persen yoy).
Pelanggan melintas di depan lemari pendingin minuman kemasan di salah satu gerai Alfamart di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (20/2). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Sebaliknya, segmen makanan, minuman, dan tembakau serta peralatan rumah tangga lain mencatatkan pertumbuhan positif, masing-masing sebesar 3,2 persen dan 3,7 persen yoy.
ADVERTISEMENT
“Selama situasi COVID-19 ini, kami yakin orang-orang mengubah pola konsumsi mereka ke produk-produk pokok seperti makanan, dibandingkan barang-barang non esensial seperti pakaian. Selain itu, karena orang-orang diperkirakan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di rumah, kita mungkin akan menyaksikan kenaikan penjualan peralatan rumah tangga,” tulis riset tersebut.
Apalagi di masa pembatasan aktivitas masyarakat saat ini, banyak pasar tradisional juga tutup. Kondisi ini pun membuat orang-orang yang biasanya pergi ke pasar tradisional untuk berbelanja produk segar, seperti, daging, sayuran dan buah-buahan, akan beralih menjadi pelanggan baru bagi supermarket dan minimarket.
Walaupun berdasarkan data, pasar tradisional sejatinya masih menjadi bagian pusat penjualan bahan makanan di Indonesia. Tak dipungkiri masyarakat masih menyukai berbelanja bahan makanan di pasar tradisional dibandingkan dengan supermarket dan minimarket. Data di 2019 menunjukkan sekitar 70 persen dari total bahan makanan Indonesia masih didominasi toko-toko tradisional, diikuti oleh minimarket sekitar 23 persen dan supermarket sekitar 7 persen.
Suasana Pasar Tradisional Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, DBS Group Research melihat bahwa minimarket sejatinya telah bertumbuh lebih cepat dibandingkan dengan toko-toko tradisional bahkan dibandingkan supermarket. Pertumbuhan ini terjadi karena minimarket memiliki keunggulan dari sisi kenyamanan dan kemudahan akses. Apalagi saat ini sebagian besar minimarket beroperasi 24 jam dengan lokasi yang strategis.
ADVERTISEMENT
“Kami yakin bahwa beberapa pemain supermarket akan mengurangi karyawan akibat persaingan dengan minimarket. Sebab orang Indonesia lebih memilih mengunjungi minimarket untuk membeli produk-produk pokok dan tetap memilih membeli produk segar di pasar tradisional,” tulis riset tersebut.
Selain supermarket dan minimarket, platform toko daring juga diprediksi mendapat manfaat dalam situasi pandemi ini. Warga yang saat ini takut keluar rumah hanya sekadar untuk berbelanja, mulai menyerbu beberapa aplikasi penyedia kebutuhan pangan sehari-hari.
Selain itu dengan banyaknya orang Indonesia yang belajar atau bekerja dari rumah, mereka kemudian beralih dari makan di luar menjadi memasak di rumah, memilih take away atau justru menggunakan layanan delivery order. “Dengan demikian, kami berpendapat bahwa makanan kemasan, seperti mie instan, camilan, dan makanan beku, mungkin mengalami peningkatan penjualan selama situasi COVID-19 ini,” tulis riset tersebut.
ADVERTISEMENT
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!