Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Riset: Indonesia Punya Cadangan Gas 100 TCF, Terbesar di Asia Tenggara
24 Januari 2024 11:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Setelah penemuan sumber daya gas bumi di Wilayah Kerja (WK) South Andaman dan Geng North, Indonesia tercatat memiliki cadangan gas bumi paling besar di wilayah Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Rystad Energy, diperkirakan Indonesia memiliki sumber daya gas lebih dari 100 trillion cubic feet (TCF). Volume ini mewakili hampir separuh dari total sumber daya gas di Asia Tenggara.
Mubadala Energy, perusahaan asal Uni Emirat Arab sebelumnya mengumumkan penemuan besar cadangan gas bumi in place di WK South Andaman dengan potensi lebih dari 6 TCF. Temuan gas jumbo ini berasal dari sumur Eksplorasi Layaran-1.
Sementara ENI, perusahaan migas asal Italia, juga menyatakan adanya penemuan cadangan gas in place dari sumur eksplorasi Geng North-1 di WK North Ganal sebesar 5 TCF dengan kandungan kondensat diperkirakan mencapai 400 Mbbls.
Country Head Indonesia Rystad Energy, Sofwan Hadi, menyebutkan Indonesia memiliki momentum untuk dapat memenuhi kebutuhan energi secara mandiri sekaligus mempunyai posisi yang berpengaruh di dunia melalui pemanfaatan potensi sumber daya gas bumi.
ADVERTISEMENT
Namun, menurut dia, potensi sumber daya yang besar saja tidak cukup karena tantangan sebenarnya adalah bagaimana monetisasi sumber daya dapat segera dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
“Mengoptimalkan cadangan gas Indonesia, khususnya bagi KKKS, memiliki tantangan yang kompleks. Sebagian besar potensi gas belum diproduksikan lantaran berada di wilayah deepwater (laut dalam) serta memiliki kandungan CO2 tinggi,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Selasa (24/1).
Menurut Sofwan, prioritas utama saat ini memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi tujuan investasi investor global. Salah satu caranya menciptakan kebijakan yang tepat demi mengantisipasi kebutuhan energi di masa depan, sekaligus memenuhi kebutuhan saat ini, khususnya energi rendah karbon.
“Strategi untuk memaksimalkan cadangan ini harus bertahap. Dalam jangka pendek, kita perlu fokus untuk menjalankan kembali proyek-proyek gas yang tertunda karena tantangan pada Mergers and Acquisition dan keterbatasan keuangan,” ujar Sofwan.
ADVERTISEMENT
Pentingnya Daya Tarik Fiskal
Dalam jangka menengah, lanjut Sofwan, pengembangan Blok Masela dan Indonesia Deepwater Development (IDD) menjadi sangat penting. Namun, masalah harga gas juga jadi salah satu faktor penentu kesuksesan pengembangan kedua blok tersebut.
“Tantangan berikutnya adalah penyesuaian dengan kebijakan low carbon dan meningkatkan daya tarik fiskal proyek-proyek ini serta tidak lupa juga ketersediaan infrastruktur,” katanya.
Sofwan menjelaskan, pengembangan infrastruktur dan hub penting untuk mengeksploitasi penemuan pada deepwater. Selain itu, penyesuaian kebijakan penetapan harga gas domestik dan memastikan peningkatan demand gas yang stabil juga sangat penting.
“Sejalan dengan itu, kita harus memberikan prioritas untuk lebih mempromosikan potensi eksplorasi di Indonesia pada perusahaan migas internasional,” katanya.
Menurut dia, insentif diperlukan untuk bisa memastikan keekonomian proyek migas ke depan. Rystad Energy menilai pendekatan Indonesia terhadap insentif fiskal telah cukup efektif.
ADVERTISEMENT
Sofwan mencontohkan pengenalan Simplified Gross Split PSC menjadi bukti dedikasi pemerintah untuk membuat proyek migas yang ada saat ini lebih menarik. Ia menilai bahwa memasukkan insentif dengan basis waktu akan berdampak signifikan pada realisasi proyek.
Selain itu, keleluasaan yang diberikan pemerintah kepada KKKS terkait pilihan PSC Gross Split atau kembali ke PSC Cost Recovery juga dinilai cukup menarik.
Sofwan juga menyoroti kehadiran teknologi baru dalam sektor eksplorasi, produksi, dan pengolahan gas bumi di Indonesia juga sangat penting. Partisipasi perusahaan-perusahaan internasional yang memiliki keahlian dalam bidang Enhanced Oil Recovery (EOR), Carbon Capture and Storage (CCS), dan teknologi di area deepwater sangat diperlukan.
Ia melanjutkan, pengembangan proyek gas bumi penting untuk meningkatkan pendapatan pemerintah dan memastikan pasokan stabil untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Hal ini krusial bagi Indonesia di tengah ketegangan politik global yang terjadi saat ini.
ADVERTISEMENT
“Indonesia sebaiknya tidak melewatkan peluang untuk menggunakan gas bumi sebagai bahan bakar transisi dan untuk mengembangkan CCS hub,” jelas Sofwan.