Riset UI: Penyaluran BLT Dana Desa Lebih Tepat Sasaran Saat Pandemi

25 Januari 2021 14:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian dan Ridwan Kamil saat Rapat Kerja Percepatan Penyaluran dan Pengelolaan Dana Desa Tahun 2020. Foto: Dok. Humas Kemendagri
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian dan Ridwan Kamil saat Rapat Kerja Percepatan Penyaluran dan Pengelolaan Dana Desa Tahun 2020. Foto: Dok. Humas Kemendagri
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menyatakan penyaluran Dana Desa di masa pandemi dalam bentuk bantuan langsung tunai dana desa (BLT DD) jauh lebih efektif ketimbang sebelum ada wabah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan riset yang dilakukan LPEM FEB UI selama November-Desember 2020, penyaluran BLT Dana Desa lebih tepat sasaran di masa pandemi karena ditujukan kepada yang terdampak COVID-19 atau warga miskin temporer akibat wabah ini.
Peneliti Klaster Kemiskinan, Sosial, Perlindungan, dan Pembangunan LPEM FEB UI, Teguh Dartanto mengatakan, di masa pandemi ini, pemerintah cukup sigap untuk perubahan penyaluran dana desa dan dijadikan bagian dari social assistance penanggulan COVID-19 sehingga mengeluarkan BLT Dana Desa.
"Siapa yang menerima adalah masyarakat yang selama ini targeting-nya pusat dan verifikasi ke bawah. Nah, ini benar-benar community based," kata dia dalam Diseminasi Hasil Riset 'Melihat Indonesia dari Angkasa: COVID-19, Dana Desa, dan Pemulihan Ekonomi Nasional' secara virtual, Senin (25/1).
ADVERTISEMENT
Teguh menjelaskan, perubahan mendasar dari penyaluran dana desa di masa pandemi adalah langsung dikirim ke Rekening Kas Desa (RKD) sehingga cepat sampai. BLT Dana Desa menjadi anggaran yang wajib dianggarkan pemerintah desa.
Warga menerima uang Bantuan Langsung Tunai (BLT) karyawan korban pemutusan hubungan kerja (PHK). Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Sedangkan sebelum pandemi, penyalurannya dilakukan bertahap mulai dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD), baru ke Rekening Kas Desa (RKD).
Teguh menjelaskan, selain menggunakan data manual Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), penelitian selama dua bulan ini juga menggunakan cahaya malam hari (nightlight).
Penggunaan cahaya malam hari ini dipilih karena direkam realtime oleh satelit ruang angkasa pada siang hari dan malam hari masing-masing dua kali dalam sehari. Pihaknya mengambil data cahaya malam hari di Pulau Jawa dan luar Jawa pada masa sebelum dan sesudah pandemi.
ADVERTISEMENT
Data menunjukkan bahwa terjadi tren peningkatan Average Light Index (ALI) pada kota-kota besar di Pulau Jawa selama 2018-2019. Hal tersebut berbeda di tahun 2019-2020, terjadi penurunan yang disinyalir sebagai akibat dari pandemi COVID-19 serta kebijakan pembatasan mobilitas (PSBB).
Sedangkan perubahan ALI pada Maret-Juni 2020 menunjukkan terdapat beberapa desa kembali tumbuh (atau tetap tumbuh) selama periode tersebut.
"Kawasan perkotaan menjadi kawasan yang paling terdampak di masa pandemi. Sebaliknya, meski terdampak, kawasan pedesaan masih mencatat pertumbuhan ALI yang lebih baik di masa pandemi (year on year). Jadi perkotaan lebih suffer ketimbang desa. Apakah ini karena penyaluran BLT Dana Desa?" kata Teguh.
Untuk menjawab kemungkinan adanya hubungan antara wilayah pedesaan yang lebih terang di masa pandemi dengan penyaluran BLT Dana Desa, Peneliti LPEM FEB UI dari Klaster Ekonomi dan Transportasi Perkotaan Muhammad Halley Yudhistira mengatakan, LPEM FEB UI menggunakan pendekatan regresi. Variabel dana desa menangkap intensitas (budget). Digunakan dana alokasi yang secara historis tidak berbeda dengan dana realisasi.
ADVERTISEMENT
"Kita lihat ada hubungan positif dan signifikan. 10 persen kenaikan dana desa ini merespons 1,2 persen ALI (Average Light Index). Nilai ini setara dengan 0,13 persen PDB. Jadi ada hubungan positif tapi enggak terlalu strong amat-amat," ujarnya.
Lebih detail, dia membeberkan hal ini terjadi karena kondisi setiap desa berbeda. Ada desa yang sudah mandiri dan maju, desa berkembang, dan desa tertinggal.
Karena itu, dalam kajian ini juga digunakan Facebook Mobility untuk melihat aktivitas penggunaan media sosial ini di pedesaan yang bisa menjadi indikator adanya akses internet di daerah tersebut. Selain internet, indikator lainnya adalah akses listrik, air mandi dan aktivitas mencuci, dan akses pos kesehatan.
Salah satu daerah yang dijadikan penelitian adalah Kabupaten Bogor. Sebelum COVID-19, pencairan dana desa tahap I telah dilakukan di 40 desa Kabupaten Bogor pada akhir bulan Februari. Setelah COVID-19, pencairan BLT dana desa di Kabupaten Bogor di mulai pada minggu ketiga Mei.
ADVERTISEMENT
Intensi penggunaan dana desa untuk intervensi COVID-19 memperkuat korelasi di Jawa, tetapi sebaliknya terjadi di luar Jawa.
Kesimpulannya, kata Yudhistira, hasil estimasi ekonometrika dengan data nasional menunjukkan bahwa sejauh ini dana desa berdampak positif bagi peningkatan aktivitas ekonomi desa.
Pemberian BLT dana desa di masa COVID-19 dari data Kabupaten Bogor menunjukkan indikasi dampak positif terhadap perekonomian Kabupaten Bogor meskipun hasil signifikansi kurang kuat.
"Pengaruh dana desa bervariasi antar daerah; cenderung untuk lebih kuat di desa-desa yang memiliki infrastruktur penunjang lain yang baik sehingga dapat menimbulkan potensi ketimpangan di masa depan," terang dia.
Berdasarkan data Kementerian Desa PDTT, hingga akhir Desember 2020, sebanyak 99,95 persen dana desa telah terserap ke desa sebesar Rp 71,1 triliun. Penyaluran ini tertinggi sejak disalurkan mulai 2015. Karena masih ada pandemi, dana desa kembali disalurkan melalui BLT tahun ini.
ADVERTISEMENT