Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Riwayat Merpati Airlines: Pernah Terbang Tinggi, Nyungsep, Kini Mau Ditutup
24 September 2021 10:48 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), BUMN maskapai penerbangan yang pernah melayani masyarakat di daerah-daerah terpencil, masuk dalam daftar 7 BUMN yang akan dibubarkan Menteri BUMN Erick Thohir .
ADVERTISEMENT
Merpati memang sudah tidak beroperasi sejak 2014. Langkah pembubaran diambil Erick agar ada keputusan yang pasti.
"Sekarang yang perlu ditutup itu ada tujuh BUMN yang memang sudah lama tidak beroperasi, ini kan kasihan juga nasib para pegawainya terkatung-katung," kata Erick Thohir dalam pernyataan resmi, Kamis (23/9).
Pernah Terbang Tinggi Lalu Nyungsep
Apa yang dialami Merpati saat ini berbanding terbalik saat di tahun 80-an akhir. Sebagai BUMN penerbangan, Merpati saat itu sukses melayani banyak penumpang, bahkan gaji karyawannya sangat menggiurkan.
Dikutip berbagai sumber, salah satu karyawan yang pernah menikmati masa kejayaan Merpati adalah I Wayan Suarna. Dewan Penasihat Forum Pegawai Merpati ini mengungkapkan masa keemasan Merpati terjadi antara tahun 1989 hingga 1992. Saat itu, gajinya bahkan naik tiga kali lipat dan melebihi gaji pegawai PT Pertamina (Persero).
ADVERTISEMENT
Kala itu, Merpati kerja sama dengan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Sinergi BUMN ini dilakukan dengan beberapa proyek kerja sama seperti koneksi antara sistem ticketing dan penerbangan kedua maskapai tersebut. Perusahaan tercatat memiliki 100-an pesawat.
Tapi, usai kerja sama itu berakhir. Kinerja perusahaan menurun. Hingga akhirnya terlilit utang, membayar gaji karyawan pun dicicil.
Berdasarkan catatan kumparan, Merpati diketahui sudah 'sakit' sejak 2008 lalu. Kala itu, asetnya hanya Rp 999 miliar, kewajiban utang Rp 2,8 triliun, ekuitas minus Rp 1,84 triliun, pendapatan Rp 2,3 triliun, dan laba bersih minus alias rugi Rp 641 miliar.
Hingga 2017, kondisi keuangan Merpati Airlines, terdiri atas aset Rp 1,21 triliun, kewajiban utang Rp 10,72 triliun, ekuitas minus Rp 9,51 triliun, pendapatan tidak ada karena sudah tidak beroperasi sejak 2014, dan laba bersih minus alias rugi Rp 737 miliar.
ADVERTISEMENT
Mimpi Terbang Lagi Namun Kandas
Untuk menyelamatkan Merpati, perusahaan pun mencari akal. Salah satunya adalah dengan mengajukan proposal perdamaian dengan para kreditur untuk melunasi utang perusahaan agar perusahaan tidak dipailitkan.
Pada November 2018, Pengadilan Niaga Surabaya pun mengabulkan permohonan perusahaan tidak pailit alias bisa terbang lagi. Tapi, syaratnya, semua utang harus dilunasi.
Untuk melunasi utang-utang tersebut, Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines Asep Ekanugraha mengatakan, ada satu nama yang bersedia melakukannya yakni PT Intra Asia Corpora (IAC). Perusahaan tersebut diketahui milik Johanes Kim Mulia, pengusaha yang juga pernah membeli Kartika Airlines namun bangkrut.
Asep mengungkapkan, perusahaan Johanes Kim masih menjadi pihak yang membantu menyelesaikan utang Merpati senilai Rp 10,72 triliun.
Nama IAC menjadi yang pertama mencuat bakal menyelesaikan utang Merpati ke kreditur setelah Asep dan Johanes Kim menandatangani Perjanjian Transaksi Penyertaan Modal Bersyarat dengan PT IAC pada 29 Agustus 2018.
ADVERTISEMENT
Perjanjian ini secara garis besar berisi komitmen PT IAC, selaku mitra strategis terpilih, untuk menyetorkan modal sebesar Rp 6,4 triliun. Dana tersebut akan dikucurkan dalam dua tahun, setelah seluruh persyaratan terpenuhi.
Namun mimpi Merpati untuk terbang lagi kandas, sebab investor tersandung kasus penipuan dan masuk penjara. Johanes Kim Mulia pada 2019 lalu ditangkap Kejaksaan Agung karena dijatuhi hukuman pidana penjara selama dua tahun usai dinyatakan pengadilan terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana penipuan.
Akhirnya pemerintah memutuskan untuk segera membubarkan Merpati dan 6 BUMN lain yang juga sudah mati suri. Keenam BUMN yang juga akan ditutup adalah PT Kertas Kraft Aceh (Persero), PT Industri Gelas (Persero), PT Istaka Karya (Persero), PT Industri Sandang Nusantara (Persero), PT Pembiayaan Armada Niaga Nasional (Persero), dan PT Kertas Leces (Persero).
ADVERTISEMENT