Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Riwayat Pertalite: Diciptakan untuk Memangkas Subsidi, Kini Malah Disubsidi
31 Maret 2022 8:36 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dengan kebijakan ini, Pertalite masuk kategori Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP), sama seperti Premium. Sebelumnya Pertalite merupakan Jenis BBM Umum (JBU) bersama Pertamax, Pertamina Dex, dan lainnya yang tidak disubsidi pemerintah.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, porsi konsumsi Pertalite sekitar 79 persen di antara BBM jenis gasoline (bensin) lainnya seperti Pertamax, Turbo, atau Premium. Total konsumsinya pada 2021 sebesar 23 juta Kiloliter (KL).
Pertalite Diciptakan untuk Memangkas Subsidi BBM
Pertalite diluncurkan oleh Pertamina pada Juli 2015. Bensin RON 90 ini awalnya dibuat untuk memangkas konsumsi BBM subsidi, yakni Premium. Ahmad Bambang yang kala itu menjabat sebagai Direktur Pemasaran Pertamina adalah otak di baliknya.
Dalam sebuah wawancara, Ahmad Bambang menuturkan kondisi laporan keuangan Pertamina pada akhir 2014. Dari 10 kelompok bisnis pemasaran Pertamina, ada 5 yang merugi. Salah satunya adalah bisnis ritel yang merupakan gabungan dari dari Premium, Solar, minyak tanah, dan Elpiji yang selama ini disubsidi pemerintah.
Sementara produk nonsubsidi seperti Pertamax dan Pertamax Plus untung, namun hanya 3 persen dan tidak mampu menutup kerugian 97 persen dari bisnis BBM subsidi.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi kerugian di bisnis ritel ini, Pertamina memberikan alternatif kepada masyarakat. Dibuat produk baru yang terjangkau namun tak bersubsidi. Maka, lahir lah Pertalite yang harganya lebih mahal dari Premium, namun lebih murah dari Pertamax.
"Jadi konsumennya yang dipindah. Makanya kita develop Pertalite, kami luncurkan akhir Juli 2015. Waktu itu sampai akhir 2015, Premium sudah turun dari 97 persen menjadi 86 persen. Pertalite dan Pertamax sudah 14 persen. Pertamax naik hampir 3 kali lipat," kata Ahmad Bambang.
Produksi dan penjualan Pertalite terus dikebut pada 2016. Langkah ini, menurutnya berhasil mengurangi konsumsi Premium menjadi 47 persen. Sementara konsumsi Pertalite mencapai 33 persen, Pertamax 18 persen, sisanya Pertamax Plus dan Pertamax Turbo.
ADVERTISEMENT
Pasar konsumen Premium perlu dipindah ke Pertalite karena banyak masyarakat yang mampu membeli BBM di luar Premium, namun yang harganya di bawah Pertamax.
Seiring berjalannya waktu, sejak 2017 Pertalite berhasil mengambil alih posisi Premium sebagai bensin paling banyak dikonsumsi masyarakat. Tercatat pada 2017, konsumsi Pertamax mencapai 14,48 juta KL. Lebih banyak dari Premium yang hanya 12,12 juta KL.
Konsumsi Pertamax terus meningkat. Pada 2018 sebesar 17,7 juta KL, 19,41 juta KL di 2019, lalu 18,13 juta KL pada 2020, dan mencapai 23 juta KL di 2021. Sebaliknya konsumsi Premium menurun dari 10,43 juta KL di 2018, 11,33 juta KL pada 2019, lalu 8,38 juta KL di 2020, dan tinggal 3,3 juta KL pada 2021.
ADVERTISEMENT
Tapi sekarang Pertalite berubah statusnya menjadi BBM subsidi. Beda dengan tujuan awalnya.