Rp 140 Triliun Belum Kembali ke Pasar Obligasi Indonesia Pasca COVID

26 September 2024 20:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, saat diskusi dengan media, Jakarta, Rabu (7/6). Foto: Alfadillah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, saat diskusi dengan media, Jakarta, Rabu (7/6). Foto: Alfadillah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen pada September 2024, serta suku bunga acuan The Fed sebesar 50 bps menjadi 4,75-5,00 persen, turut memengaruhi aliran modal asing atau capital inflow ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun, meskipun arus masuk modal asing sudah masif, masih ada sekitar Rp 140 triliun yang belum kembali ke pasar obligasi Indonesia pasca-pandemi COVID-19.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto (Anto), menjelaskan bahwa dalam dua bulan terakhir, capital inflow ke pasar obligasi Indonesia sudah mencapai sekitar Rp 60 triliun. Tren ini terlihat dari hasil lelang obligasi pemerintah yang cukup positif.
"Ini mulai terbukti. Kalau kita lihat dalam dua bulan terakhir, inflows-nya sangat masif. Kami menghitung sekitar Rp 60 triliun obligasi asing mulai masuk kembali ke pasar, dan ini tercermin dari lelang-lelang pemerintah,” kata Anto dalam Mandiri Macro and Market Brief di Jakarta, Kamis (26/9).
Anto memprediksi tren inflow ini akan terus berlanjut, terutama dengan pengaruh dari penurunan suku bunga The Fed dan BI.
ADVERTISEMENT
Namun, investor asing juga akan terus memantau kondisi makroekonomi, serta keberlanjutan kebijakan suku bunga di AS dan Indonesia.
Ilustrasi Bank Mandiri. Foto: Shutterstock
"Investor asing akan melihat apakah penurunan suku bunga The Fed masih akan berlanjut, dan bagaimana kebijakan BI dalam meresponsnya,” tambah Anto.
Meski capital inflow sudah signifikan, Anto mengungkapkan masih ada potensi besar dari modal yang belum kembali ke pasar obligasi domestik. "Meskipun banyak yang sudah masuk, dibandingkan level sebelum COVID-19, masih ada sekitar Rp 140 triliun yang belum kembali," jelasnya.
Anto juga menambahkan bahwa pola penurunan suku bunga The Fed mendorong pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil US treasury, yang menjadi faktor utama meningkatnya capital inflow asing ke pasar obligasi Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Ini memberikan kesempatan bagi investor asing untuk mendapatkan keuntungan dari selisih kurs, serta membuat valuasi yield obligasi Indonesia lebih menarik," tutup Anto.