Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Ruangguru Lolos Jadi Mitra Kartu Prakerja Tanpa Tender, Berikut Fakta-faktanya
24 April 2020 7:47 WIB
ADVERTISEMENT
Sejak diluncurkan 16 April 2020, Kartu Prakerja menuai kritik. Selain dinilai sebagai bantuan yang kurang tepat untuk warga terdampak COVID-19, platform digital Ruangguru yang menjadi mitra pemerintah dalam proyek ini pun menuai kontroversi.
ADVERTISEMENT
Publik mengkritik kehadiran Ruangguru karena pemiliknya, Belva Devara, merupakan Staf Khusus Presiden. Belva pun mundur dari jabatannya karena desakan soal benturan kepentingan.
Di sisi lain, pemerintah mengakui jika Ruangguru dan tujuh mitra yaitu Tokopedia, Mau Belajar Apa, Bukalapak, Pintaria, Sekolahmu, Pijar Mahir, dan Kemnaker.go.id, dalam proyek senilai Rp 20 triliun ini tidak ditunjuk melalui tender. Kok bisa?
Berikut kumparan rangkum, Jumat (24/4).
Seperti Bantuan Sosial, Tak Perlu Tender
Direktur Komunikasi Manajemen Pelaksana Prakerja, Panji Winanteya Ruky mengatakan, tidak ada proses tender dalam pemilihan platform tersebut. Namun menurutnya, pemerintah juga tak melakukan penunjukan pada delapan platform itu.
Aturan mengenai pelaksanaan Kartu Prakerja tertuang dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Permenko) Nomor 3 Tahun 2020 diundangkan juga Perpres Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja, yang diundangkan pada 26 Februari 2020.
Panji menjelaskan, pemerintah melakukan kerja sama dengan platform setelah Permenko mengenai Kartu Prakerja itu terbit. Dia pun membantah pemerintah menunjuk langsung delapan platform itu.
ADVERTISEMENT
"Jadi tidak ada penunjukan terhadap delapan platform, tapi kerja sama. Kapan kerja sama dimulai? Setelah Permenko diterbitkan," kata Panji dalam video conference, Kamis (23/4).
Proses tender tidak dilakukan pemerintah karena tak ada pengadaan barang dan jasa yang dibayar pemerintah pada platform tersebut.
Menurut dia, yang dilakukan pemerintah adalah memberikan bantuan dana kepada masyarakat untuk membeli pelatihan yang disediakan melalui platform dalam mitra Kartu Prakerja.
"Ini transaksi komersial biasa. Cuma bantuan keuangan datang dari pemerintah. Sama seperti seorang penerima bansos sembako, ketika pemerintah berikan uang ke keluarga itu, dia belanja beras dan telur ke pasar/ warung. Jadi dalam hal ini bukan warung kami tunjuk, tapi masyarakat kami berikan uang," jelasnya.
Kerja sama antara mitra dengan lembaga pelatihan pun berlaku secara business to business pada kedua belah pihak. Panji juga menegaskan, mitra pelatihan itu juga akan dipilih sendiri oleh para peserta.
ADVERTISEMENT
Ruangguru Cs Akan Dievaluasi, yang Sepi Peminat Tersingkir dari Kartu Prakerja
Pemerintah memastikan akan terus mengevaluasi mitra Kartu Prakerja setiap bulan. Saat ini, ada delapan platform digital yang dipilih sebagai mitra, dengan total hingga 1.500 pelatihan.
Asisten Deputi Ketenagakerjaan Kemenko Perekonomian Yulius mengatakan, pihaknya akan mengevaluasi keberadaan platform digital tersebut sebagai mitra Kartu Prakerja. Jika memang program yang ditawarkan sepi peminat karena tidak cocok dengan peserta, bisa saja tersingkir.
“Bukan berarti nanti tidak evaluasi. Kita evaluasi keberadaan mereka, apakah cocok atau tidak. Bukan harga mati mereka berada di situ terus, karena tiap bulan akan kita evaluasi lagi,” ujar Yulius kemarin.
Direktur Komunikasi Program Kartu Prakerja Panji Winanteya Ruky menjelaskan, pihaknya menyerahkan seluruh pelatihan tersebut kepada peserta Kartu Prakerja . Sehingga jika memang program pelatihan yang ditawarkan platform tersebut sepi peminat, hal itu berarti hasil dari mekanisme pasar.
ADVERTISEMENT
“Apabila pelatihan tidak dipilih, ini justru bukti bahwa pasar bekerja,” katanya.
Menurut dia, kemungkinan ada beberapa faktor program pelatihan sepi peminat. Di antaranya harga yang terlalu tinggi, tidak menarik, atau tidak cocok dengan yang dibutuhkan peserta di tengah kondisi pandemi COVID-19 saat ini.
“Tapi lembaga pelatihan juga bisa lihat, kalau mereka tawarkan sesuatu tapi enggak dipilih, apakah enggak cocok dengan yang dibutuhkan, harga terlalu tinggi, atau konten tidak menarik, atau tidak bermanfaat, itu semua pilihan konsumen,” kata Panji.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona .
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona