Rupiah Anjlok, Bank Indonesia Sebut Masih Lebih Baik dari Ringgit Malaysia

1 Oktober 2022 21:25 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter, Wahyu Agung Nugroho di Ubud, Bali. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter, Wahyu Agung Nugroho di Ubud, Bali. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah ambruk melawan dolar AS dalam beberapa hari terakhir. Kendati demikian, Bank Indonesia (BI) menyebut stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga di tengah meningkatnya gejolak yang terjadi di pasar keuangan global.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI, pada 1 September 2022, rupiah tercatat berada di posisi Rp14.884 per dolar AS. Rupiah terus tertekan hingga per 30 September 2022, berada di Rp 15.232 per dolar AS. Selama sepekan terakhir, rupiah sudah melemah 1,24 persen di pasar spot.
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Wahyu Agung Nugroho mencatat, nilai tukar rupiah per 30 September 2022 terdepresiasi sebesar 2,24 persen secara point to point (ptp) dibandingkan dengan akhir Agustus 2022. Sementara secara tahunan (ytd) rupiah terdepresiasi sebesar 6,40 persen dibandingkan dengan level akhir 2021.
"Angka ini relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya," kata Wahyu di Ubud Bali, Sabtu (1/10).
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Wahyu menjelaskan, pelemahan mata uang rupee India mencapai 8,65 persen. Sementara itu, mata uang ringgit Malaysia terdepresiasi hingga 10,16 persen, dan Thailand 11,36 persen.
Dia melanjutkan, perkembangan nilai tukar rupiah tetap terjaga. Hal tersebut ditopang oleh pasokan valas domestik dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, serta langkah-langkah stabilisasi yang dilakukan oleh BI.
Infografik Rupiah Tembus Rp 15.000 per Dolar AS. Foto: kumparan
"Harapannya memang walau tekanan masih akan cukup tinggi, rupiah bisa lebih stabil. Tekanan saat ini lebih cenderung karena adanya kebijakan moneter yang agresif baik The Fed maupun ECB. Ada ketidakpastian mengenai kapan, sih, The Fed akan selesai naikkan suku bunga dan berapa besar," tandasnya.