news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Rupiah Babak Belur, Ekonom Proyeksi Dolar AS Akan Terus Menguat hingga 2023

27 November 2022 13:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami depresiasi. Sepanjang tahun 2022, dolar AS menguat lebih dari 10 persen.
ADVERTISEMENT
Merespons hal tersebut, Direktur Eksekutif Segara Institute, Piter Abdullah memproyeksi, dolar AS akan terus menguat hingga 2023. Artinya, rupiah akan terus melemah.
Piter menjelaskan terdapat tiga faktor yang membuat dolar AS menguat. Pertama, ekonomi AS yang mengalami surplus neraca perdagangan dari ekspor energi, karena terjadinya embargo terhadap Rusia.
Kemudian yang kedua, kebaikan suku bunga secara agresif oleh Bank Sentral AS, The Fed. Ketiga ketidakpastian ekonomi global.
"Ketiga faktor ini secara bersama-sama mendorong para pemegang dana untuk memindahkan dananya ke instrumen dolar. Dolar adalah instrumen investasi yang dianggap aman," kata Piter kepada kumparan, Minggu (27/11).
Dia melanjutkan, dolar AS akan terus menguat meskipun tahun 2023 The Fed diproyeksi akan menurunkan suku bunga. Sebab, masih ada dua faktor lain yang menopang kenaikan dolar.
ADVERTISEMENT
"Tahun depan saya melihat belum akan berbalik. Rupiah saya perkirakan tidak akan berbalik menguat hingga Rp 14 ribu, masih akan di atas Rp 15 ribu," jelas dia.
Sebelumnya, The Indonesia Economic Intelligence (IEI) mencatat kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini belum cukup untuk mendorong penguatan nilai tukar rupiah. Chief Economist IEI, Sunardi, mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpeluang menguat menjelang tutup tahun 2022 dan di 2023.
“Memang belum mendekati dan bisa diterima pelaku industri ekspor dan impor. Faktor penopangnya ada IPO dan rights issue yang membutuhkan pendanaan cukup besar,” ujar Sunardi dalam paparan secara virtual, Sabtu (19/11).
Sunardi mengamati tekanan berupa kenaikan suku bunga The Fed masih akan terjadi sampai dengan akhir tahun 2022. Namun tekanan akan mulai berkurang ketika memasuki tahun 2023, seiring dengan ekspektasi inflasi di AS yang diperkirakan akan kembali ke level normal pada tahun 2023.
ADVERTISEMENT
“Potensi penguatan nilai tukar rupiah berasal dari berkurangnya tekanan inflasi, membaiknya real interest rate dan meningkatnya aktivitas di pasar modal. Kedua faktor eksternal dan internal tersebut akan mendorong terjadinya capital inflow ke Indonesia dan meningkatkan suplai valas serta memperkuat nilai tukar rupiah,” jelas Supardi.
Menurutnya, pergerakan nilai tukar rupiah selama 2022 lebih dipengaruhi oleh dinamika eksternal khususnya terkait kebijakan suku bunga acuan (policy rate) yang diambil oleh bank-bank sentral negara lain, terutama Fed Fund Rate (FFR). Kenaikan FFR secara agresif telah menyebabkan terjadinya capital outflow secara masif dan memperlemah nilai tukar rupiah.