Rupiah di Jisdor Ditutup Nyaris Tembus Rp 16.000 per Dolar AS

21 November 2024 16:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petugas menunjukan pecahan Dolar AS dan Rupiah di kawasan Kwitang, Jakarta, Senin (18/11/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petugas menunjukan pecahan Dolar AS dan Rupiah di kawasan Kwitang, Jakarta, Senin (18/11/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) nyaris menyentuh Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS/USD) pada penutupan perdagangan Kamis (21/11). Hari ini, rupiah berada di level Rp 15.942 per USD.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg rupiah melemah 60 poin atau 0,38 persen di level Rp 15.930 per USD.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan sentimen yang membuat rupiah melemah sore ini. Pertama, komentar terbaru dari pejabat Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed). Dalam hal ini, Ketua The Fed, Jerome Powell, telah menunjukkan bank sentral bersikap lambat dan terukur dalam jalur penurunan suku bunganya.
Pada Rabu, Gubernur The Fed Michelle Bowman dan Lisa Cook memaparkan visi yang bersaing tentang arah kebijakan moneter AS. Mereka menyoroti kekhawatiran yang berkelanjutan tentang inflasi dan keyakinan bahwa tekanan harga akan terus mereda.
“Investor sedang menunggu Trump untuk menunjuk seorang menteri keuangan, salah satu jabatan kabinet dengan profil tertinggi yang mengawasi kebijakan keuangan dan ekonomi negara. Beberapa pilihan Trump lainnya telah menimbulkan pertanyaan tentang kualifikasi dan pengalaman mereka,” kata Ibrahim dalam keterangan resminya, Kamis (21/11).
ADVERTISEMENT
Dari dalam negeri, Ibrahim menyebut, Bank Indonesia masih memiliki ruang penurunan suku bunga, meski akan terbatas. Penurunan suku bunga BI akan mempertimbangkan rendahnya inflasi, serta pertumbuhan ekonomi nasional.
“Saat ini, fokus BI diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik hingga perekonomian global, dengan perkembangan politik AS pasca kemenangan Donald Trump sebagai presiden,” ungkapnya.