Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pelemahan ini menambah tekanan bagi pasar keuangan domestik di tengah ketidakpastian global dan kebijakan moneter yang masih ketat di AS.
Bank Indonesia (BI) sudah mengambil langkah agresif dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN) guna memperluas likuiditas di pasar keuangan, tanpa menurunkan suku bunga acuan.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa pembelian SBN ini dilakukan baik di pasar primer maupun sekunder, sesuai ketentuan yang berlaku. Hingga saat ini, total SBN yang telah diborong mencapai Rp 70,7 triliun.
"BI sudah beli Rp 70,7 triliun (SBN), itu sudah sesuai dengan kebijakan moneter. Bank Indonesia tahun ini memang perlu ekspansi likuiditas, salah satunya dengan membeli SBN," ujar Perry dalam konferensi pers di Kantor Pusat BI, Rabu (19/3).
ADVERTISEMENT
Menurut Perry, kebijakan ini juga bertujuan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Dengan membeli SBN, BI dapat menyedot pasokan dolar AS sekaligus menyebarkan rupiah ke pasar keuangan sebagai tambahan likuiditas.
"Kalau intervensi itu berarti kami menjual devisa, yang membuat rupiah terkontraksi. Supaya rupiah kembali ke sistem keuangan, kami beli SBN. Jadi, jangan gundah gulana," katanya.
Secara rinci, dari total Rp 70,7 triliun, pembelian SBN terdiri dari Rp 47,3 triliun di pasar sekunder, serta Rp 23,4 triliun di pasar primer, termasuk dalam bentuk tenor pendek seperti Surat Perbendaharaan Negara (SPN).
Perry memastikan, langkah ini selaras dengan kebijakan moneter BI, yang tahun ini memang dirancang untuk ekspansi likuiditas guna menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan nasional.
ADVERTISEMENT
"Kami pastikan beli SBN itu sesuai dengan arah kebijakan moneter. Arah kebijakan moneternya memang kami perlu ada ekspansi lah seperti itu," katanya.
Namun, meski BI telah melakukan berbagai langkah stabilisasi, rupiah masih belum menunjukkan tanda-tanda penguatan signifikan. Para pelaku pasar kini menanti kebijakan lebih lanjut, baik dari BI maupun respons pemerintah dalam menghadapi tekanan eksternal yang terus membayangi perekonomian Indonesia.