Rupiah Menguat ke 15.923 per Dolar AS, Ini Penyebabnya

16 Mei 2024 17:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau menguat hingga menyentuh level 15.000 pada Kamis (16/5) pukul 17.00 WIB. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ini menguat 0,65 persen di Rp 15.923 terhadap dolar AS.
ADVERTISEMENT
Dalam riset yang dilakukan oleh Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar (AS) yang menguat ini didorong oleh adanya sentimen eksternal dan internal.
Untuk sentimen eksternal, Ibrahim menyatakan bahwa Inflasi indeks harga konsumen dan CPI inti bulan ke bulan lebih rendah dari perkiraan untuk bulan April. Data tersebut, yang juga diikuti oleh data penjualan ritel yang lebih lemah dari perkiraan, meningkatkan harapan bahwa inflasi akan semakin menurun dalam beberapa bulan mendatang, memberikan kepercayaan diri yang lebih besar kepada The Fed untuk mulai memangkas suku bunga.
"Hal ini menyebabkan para pedagang meningkatkan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September, yang kemungkinannya meningkat menjadi hampir 54 persen dari 49 persen pada minggu lalu, menurut alat CME Fedwatch," papar Ibrahim dalam risetnya, Kamis (16/5).
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi. Foto: Dok. Pribadi
Namun, angka CPI masih jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen, sementara sejumlah pejabat The Fed juga memperingatkan selama seminggu terakhir bahwa bank sentral perlu lebih diyakinkan bahwa inflasi sedang turun.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Tiongkok terpukul oleh Washington yang mengenakan tarif perdagangan yang lebih ketat pada industri-industri utama Tiongkok, seperti kendaraan listrik, obat-obatan, dan teknologi tenaga surya. Beijing mengancam akan membalas tindakan tersebut.
Walaupun perang dagang kembali memanas, namun pasar optimis atas stimulus fiskal yang lebih besar di Tiongkok, serta meningkatnya dukungan terhadap pasar properti.
"Beijing mengatakan akan memulai penerbitan obligasi besar-besaran senilai 1 triliun yuan (USD 138 miliar) pada minggu ini, sementara beberapa kota besar juga melonggarkan pembatasan pembelian rumah untuk mendukung pasar properti. Data produksi industri dan penjualan ritel Tiongkok, yang akan dirilis pada hari Jumat, kini ditunggu sebagai petunjuk lebih lanjut mengenai importir tembaga terbesar di dunia tersebut," kata Ibrahim.
ADVERTISEMENT
Sedangkan sentimen internal, disebabkan oleh rilisnya data Bank Indonesia (BI) yang mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal I 2024 menurun. Posisi ULN Indonesia pada kuartal I 2024 tercatat sebesar USD 403,9 miliar atau setara Rp. 6.489 triliun (asumsi kurs Rp 16.070 per dolar AS), turun dibandingkan dengan posisi ULN pada kuartal IV 2023 yang sebesar USD 408,5 miliar atau Rp 6.563 triliun.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
Penurunan posisi utang luar negeri ini bersumber dari ULN sektor publik maupun swasta. Dengan perkembangan tersebut, ULN Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,02 persen secara tahunan atau year on year (yoy), setelah tumbuh 3,0 persen yoy pada kuartal sebelumnya.
ULN pemerintah juga mencatat penurunan. Posisi ULN pemerintah pada kuartal I 2024 tercatat sebesar USD 192,2 miliar atau Rp 3.088 triliun, turun dibandingkan dengan posisi kuartal sebelumnya sebesar USD 196,6 miliar atau Rp 3.158 triliun. Secara tahunan, ULN pemerintah terkontraksi sebesar 0,9 persen yoy, setelah tumbuh 5,4 persen yoy pada kuartal sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Analis dan Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra mengatakan, data CPI AS bulan April yang dirilis kemarin malam menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Data penting yang juga dirilis bersamaan yaitu data penjualan ritel AS dan indeks manufaktur area New York mencatat penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.
Menurutnya, hal ini memberikan sentimen positif untuk aset berisiko karena penurunan ini memperbesar peluang pemangkasan suku bunga acuan AS.
Sementara dari dalam negeri, neraca perdagangan bulan April yang masih surplus dan pertumbuhan PDB kuartal I 2024 yang di atas 5 persen juga memberikan sentimen positif untuk rupiah.
"Jadi rupiah bisa menguat hari ini terhadap dolar AS karena ekspektasi pemangkasan suku bunga AS membesar dan juga sentimen positif dari data2 Indonesia," kata Ariston kepada Kumparan, Kamis (16/5).
ADVERTISEMENT
Ke depan, penguatan rupiah terhadap dolar AS ini masih akan diuji dengan data-data ekonomi AS yang akan dirilis karena data-data ini akan mendorong kenaikan atau penurunan ekspektasi terhadap kebijakan pemangkasan suku bunga AS yang ditunggu-tunggu pelaku pasar di seluruh dunia. "Jadi penguatan ini masih rentan," katanya.