Rupiah Sempat Rp 17.000 per Dolar AS, Airlangga: Masih Relatif Terjaga

8 April 2025 15:59 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petugas menunjukan pecahan Dolar AS dan Rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing di Kwitang, Jakarta, Senin (9/12/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petugas menunjukan pecahan Dolar AS dan Rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing di Kwitang, Jakarta, Senin (9/12/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan nilai tukar Rupiah masih tetap terjaga, meskipun nilainya sempat menembus Rp 17.000 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah makin terpuruk setelah Presiden AS Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif impor minimum sebesar 10 persen untuk seluruh negara. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah anjlok ke level terburuk, Rp 17.217 per Dolar AS pada Senin (7/4) pukul 09:16 WIB atau pukul 22:16 waktu New York, Minggu (6/4).
Airlangga mengatakan, meskipun ada pelemahan nilai tukar Rupiah, mata uang negara lain mengalami penurunan yang lebih besar terhadap dolar AS, salah satunya Yen Jepang.
"Nilai tukar rupiah juga relatif terjaga, walaupun ada pelemahan tetapi kalau kita bandingkan negara lain seperti Jepang, pelemahannya itu sampai 50 persen, demikian pula beberapa negara lain," jelasnya saat Sarasehan Ekonomi, Selasa (8/4).
Menurut dia, pelemahan nilai tukar ini juga disoroti oleh pihak pemerintah AS, yang menyebut kondisi ini sebagai manipulasi nilai tukar atau currency manipulator.
ADVERTISEMENT
"Bahkan Amerika menggugat pelemahan curreceny itu sebagai currency manipulator. Jadi itu dimasukkan sebagai bagian daripada non tariff barrier," kata Airlangga.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pemerintah dan Bank Indonesia sudah mengantisipasi fluktuasi nilai tukar Rupiah di pembukaan perdagangan hari ini. Dia bersyukur nilainya sudah turun dari posisi Rp 17.000 per dolar AS.
"Nilai tukar kita, Pak Gubernur Bank Indonesia sudah menyampaikan juga beberapa langkah bahkan sebelum pembukaan hari ini, dan Alhamdulillah kita sekarang sudah bisa turun di bawah Rp 17.000," ujarnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, mengahdiri cara sarasehan ekonomi di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta pada Selasa (8/4/2025). Foto: @SekretariatPresiden
Adapun per hari ini pukul 15.40 WIB, nilai tukar Rupiah berdasarkan laman Bloomberg memperlihatkan levelnya berada di Rp 16.891 per dolar AS.
Meski begitu, Sri Mulyani menilai dinamika pasar keuangan dan pasar modal masih akan tetap ada. Dia menjamin gejolaknya bisa diredam salah satunya melalui instrumen obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN).
ADVERTISEMENT
"Dinamika ini seperti harga saham, nilai tukar maupun dalam hal ini obligasi surat berharga itu seperti pair, kita itu seperti shock absorber.
Karena shocknya terjadi ini adalah bentuk respons yang mungkin harus terbiasa kita lihat namun tidak berarti kita kemudian shifting attentionnya dari fondasi yang tetap harus dijaga," tutur Sri Mulyani.
Sri Mulyani menjelaskan, tekanan di pasar keuangan yang tinggi beberapa waktu ini sebetulnya bukan hal yang baru. US Treasury baik yang 2 tahun maupun 10 tahun sedikit menurun karena dianggap safe haven, namun Dolar Index juga melemah.
"Jadi kepercayaan 100 persen terhadap dolar juga mulai menurun. Sementara Fixed Index yaitu volatility juga meningkat tapi kalau kita bandingkan pada saat COVID kenaikannya sebetulnya masih relatively manageable," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Tapi ini menggambarkan suasananya alarmnya mulai berbunyi jadi kita harus juga tetap hati-hati tanpa panik," kata Sri Mulyani.