Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Rupiah Tembus Rp 16.300 per Dolar AS, Asumsi Makro 2025 Bakal Direvisi?
20 Desember 2024 13:30 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) yang sempat menyentuh Rp 16.300 memunculkan spekulasi tentang kemungkinan revisi asumsi makro dalam APBN 2025. Berdasarkan data Bloomberg pukul 13.05, rupiah menguat tipis 34,50 poin atau 0,21 persen terhadap USD, setelah sebelumnya sempat anjlok ke level Rp 16.312.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengeklaim fenomena ambruknya mata uang hanya bersifat sementara. Adapun, dalam outlook 2024 rupiah diperkirakan berada di rentang Rp 16.000—16.200 per USD.
“Kita lihat ini kan fenomena baru sebentar. Kalau kita lihat Amerika ini dua tahun terakhir tertinggi dan depresiasi terhadap dolar bukan hanya Indonesia bahkan Korea Selatan lebih dalam, Jepang lebih dalam, kemudian ada negara lain termasuk Brasil. Kita bicara year to date,” kata Airlangga kepada wartawan di kantornya, Jumat (20/12).
Lebih lanjut, Airlangga memastikan, pemerintah terus memantau situasi global. Sekaligus menjaga fundamental ekonomi dalam negeri.
"Jadi tentu kita monitor, kita jaga fundamental ekonomi kita," tegasnya.
Di samping itu, pemerintah melalui kebijakan fiskal akan fokus pada upaya mendorong ekspor yang menghasilkan devisa dan investasi substitusi impor.
ADVERTISEMENT
"Kalau dari pemerintah dorong ekspor yang menghasilkan devisa. Kemudian dorong investasi untuk substitusi impor. Jadi impornya yang berbasis dolar kita tekan rendah, ekspornya kita tingkatkan, sehingga nilai rupiah kita lebih solid," ungkap Airlangga.
Pengamat pasar uang dari Investindo Ariston Tjendra memprediksi tren penguatan Dolar AS masih akan terjadi hingga akhir tahun.
“Jadi dolar AS mungkin masih bertahan menguat hingga akhir tahun, rupiah pun bakal tertekan hingga akhir tahun,” katanya kepada kumparan, Jumat (20/12).
Dia menyebut sentimen seperti data ekonomi AS yang semakin sulit, inflasi AS yang sulit turun mempengaruhi pergerakan rupiah terhadap Dolar AS. Belum lagi, kondisi geopolitik sampai kebijakan presiden AS terpilih Donald Trump yang akan menerapkan kebijakan proteksionis akan mengancam perang dagang.
ADVERTISEMENT
Faktor internal dalam negeri juga belum ada sentimen berupa berita positif. Justru, sentimen yang ada adalah sentimen negatif soal Bank Indonesia yang sedang diusut oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) soal dugaan korupsi dana Corporate Social Responsibility (CSR).
“Dari internal, belum ada berita positif yang menonjol. BI yang dicecar KPK mungkin sudah memberikan sentimen negatif,” lanjutnya.