Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Rupiah Terus Tertekan oleh Dolar AS, Bank Indonesia Buka Suara
4 Februari 2025 14:35 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto, menjelaskan perkembangan nilai tukar saat ini sangat dipengaruhi oleh sentimen global, terutama kebijakan perdagangan AS di bawah Donald Trump.
"Perkembangan nilai tukar global sangat dipengaruhi oleh sentimen global khususnya terkait kebijakan Trump untuk mengenakan tarif terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok. Dampaknya, DXY kembali mengalami penguatan, di mana kemarin saja sudah mencapai sekitar 109. Artinya, mata uang non-USD, khususnya mata uang EM, sebagian besar mengalami pelemahan," kata Edi kepada kumparan, Selasa (4/2).
Kondisi tersebut, menurut Edi, lebih mencerminkan fenomena penguatan dolar AS secara global daripada faktor domestik. Oleh karena itu, dalam menghadapi tekanan ini, BI menekankan pentingnya menjaga kepercayaan pasar dengan memastikan keseimbangan pasokan dan permintaan valuta asing.
ADVERTISEMENT
"Tentu dalam kondisi seperti demikian, yang penting adalah menjaga market confidence pasar dengan menjaga keseimbangan supply demand valas di pasar, dan menjaga sentimen pasar domestik tetap kondusif," ungkapnya.
Ketika ditanya apakah BI akan melakukan intervensi guna menahan tekanan terhadap rupiah, Edi menegaskan BI terus memantau perkembangan pasar.
"Kami terus mencermati dan memastikan keseimbangan supply demand valas di pasar," tegasnya.
Sebelumnya, Pengamat Pasar Uang dari Investindo, Ariston Tjendra, menilai pergerakan rupiah masih sangat dipengaruhi faktor eksternal yang dapat dengan cepat mendorong pelemahan atau penguatan nilai tukar.
"Rupiah vs dolar AS masih volatil, tergantung penggerak utama dari kebijakan Trump, suku bunga acuan AS, situasi perang dagang, situasi perang bersenjata, dan lain-lain. Sentimen ini bisa dengan cepat mendorong pelemahan ataupun penguatan nilai tukar rupiah vs dolar AS," kata Ariston kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Dia menambahkan, kebijakan Trump dalam perang dagang dapat memicu suku bunga AS bertahan tinggi. Pada akhirnya, kebijakan tersebut bakal menekan rupiah.
"Dari sentimen Trump dan perang dagang yang bisa memicu suku bunga AS bertahan, bisa mendorong rupiah terus tertekan dan mungkin bisa ke Rp 17.000," ujarnya.
Live Update