Rusia-Ukraina Perang, Emas Jadi Primadona, Harganya Bakal Meroket Sampai Berapa?

24 Februari 2022 20:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi investasi emas. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi investasi emas. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Harga emas Antam mengalami kenaikan Rp 10.000 per gram usai Rusia menyerang Ukraina. Pada Kamis (24/2) pagi, harga emas Antam sudah naik Rp 5.000 per gram dibanding Rabu (23/2) menjadi Rp 974.000 per gram. Pada hari ini pukul 12.28, harga emas Antam kembali naik sebesar Rp 10.000 menjadi Rp 984.000 per gram. Ini adalah rekor tertinggi sejak awal 2022.
ADVERTISEMENT
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa konflik Rusia dan Ukraina ini akan membuat The Fed kemungkinan besar menangguhkan kebijakan kenaikan suku bunganya. Ibrahim berkata, hal ini akan berbahaya karena Amerika Serikat (AS) ikut terlibat dalam konflik Rusia-Ukraina.
"Perang ini membutuhkan uang yang sangat besar, sehingga bank sentral AS pun berhati-hati menaikkan suku bunga, dengan kehati-hatian inilah kemungkinan logam mulia akan terus terbang, kemungkinan besar akan mencapai level di atas Rp 1 juta (per gram)," tuturnya kepada kumparan.
Anggota angkatan bersenjata Ukraina bersiap di atas Tank, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan operasi militer di Ukraina timur, di Mariupol, Kamis (24/2/2022). Foto: Carlos Barria/REUTERS
Apalagi jika situasi perang berlangsung hingga dua bulan ke depan, lonjakan harga emas akan terus terjadi. Ibrahim memprediksi harganya bisa mencapai Rp 1,3 juta per gram jika keterlibatan NATO dan AS membuat perang menjadi lama.
ADVERTISEMENT
"Negara dengan cadangan emas terbesar di dunia adalah AS, Rusia, dan Eropa, pada saat perang ketiganya akan mengalami inflasi tinggi, membuat harga emas juga mengikuti lebih tinggi lagi harganya," kata dia.
Kendaraan militer Ukraina bergerak melewati alun-alun Kemerdekaan di pusat Kyiv, Ukraina, Kamis (24/2/2022). Foto: Daniel LEAL/AFP
Dengan kondisi ini, Ibrahim menjelaskan masyarakat akan cenderung mencari investasi safe haven seperti logam mulia dan meninggalkan investasi saham. Hal tersebut karena pada saat kondisi perang, ada kemungkinan bursa saham diliburkan.
"Kemungkinan perang ini akan melebar, sekutu Rusia, Eropa, AS, seperti Perang Dunia II semua bursa tutup, semua obligasi, surat berharga itu tidak ada harganya. Pada saat perang, orang mencari cadangan emas, karena emas itu menjadi jaminan mencetak uang," jelasnya.