Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Saat Industri Kaca Lebih Pilih Investasi ke Mesin Dibanding Upah Manusia
30 Mei 2024 19:18 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Industri kaca tengah beralih investasi dari padat karya yang membutuhkan banyak tenaga kerja ke padat modal. Ini disampaikan Ketua Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman sekaligus Direktur PT Sinar Rasa Kencana, Putra Narjadin.
ADVERTISEMENT
"Waktu saya gabung di perusahaan itu ada 600 orang sekarang kami enggak lebih dari 200 orang, dengan kapasitas produksi jauh lebih besar karena menggunakan mesin-mesin otomatisasi," kata Putra saat konferensi pers di Grand Hyatt Jakarta, Kamis (30/5).
Putra membuat perbandingan, bila menggunakan tenaga manusia dibutuhkan 5-6 orang untuk memotong satu lembar kaca ukuran 2 kali 3 meter, dimulai dari menurunkan kaca ke meja, mengukurnya manual tiap 1 meter persegi, sampai proses pemotongan. Dalam satu regu tersebut bisa memotong maksimal 10 lembar kaca dalam 1 jam.
"Dengan perkembangan teknologi, dipotong dengan mesin, robot yang ambil kaca, itu satu mesin bisa potong 100 lembar dalam satu jam. Otomatis orangnya berkurang," kata Putra.
ADVERTISEMENT
Saat ini, industri kaca lebih memilih berinvestasi jutaan dolar untuk mendatangkan mesin-mesin otomatis tersebut. Putra menjelaskan, dalam kondisi normal sebelum COVID-19 perusahaan dengan skala sama seperti perusahannya berinvestasi minimal USD 300-400 ribu untuk pembelian mesin baru.
Mesin yang paling sering diganti adalah mesin gosok kaca karena pemakaiannya selalu bersentuhan dengan air. Mesin ini disuplai dari Eropa dengan harga paling murah USD 100 ribu. Umur pemakaiannya 2-3 tahun, kemudian harus beli baru lagi.
"Mesin yang lebih besar misal mesin tempering, itu 1 mesin bisa USD 1-2 juta. Paling murah. Kalau teknologinya makin baru bisa naik USD 3-4 juta. Itu setiap 5-6 tahun sekali kita harus ganti," kata Putra.
"Industri kaca ini memang pasar modal. Sekarang dibantu dengan produsen-produsen dari China yang membuat mesin tapi harganya lebih murah meskipun waktu pemakaiannya juga ikut lebih pendek," pungkas dia.
ADVERTISEMENT