Saat Jokowi Pamerkan Artikel Financial Times: Indonesia Builds Superpower Dreams

29 November 2023 15:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
Presiden Joko Widodo membaca surat kabar harian mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, ibu kota negara Nusantara. Foto: instagram@jokowi
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo membaca surat kabar harian mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, ibu kota negara Nusantara. Foto: instagram@jokowi
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi mengunggah foto tengah membaca koran ekonomi Financial Times. Dalam foto yang ditampilkan di akun X dan instagram pribadinya itu, Jokowi menampilkan artikel berjudul 'Indonesia Builds Superpower Dreams'.
ADVERTISEMENT
"Surat kabar harian bisnis ini menuliskan mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, ibu kota negara Nusantara, posisi Indonesia dalam rivalitas antara negara besar saat ini, hingga situasi politik dalam negeri," demikian ditulis di akun media sosial Jokowi, Rabu (29/11).
Seperti dituliskan pada keterangan foto, artikel yang ditampilkan Jokowi di koran Financial Times itu, merupakan terbitan dua pekan lalu. Tepatnya edisi Kamis, 16 November 2023.
Financial Times yang merupakan bagian dari perusahaan media terkemuka Jepang, Nikkei Inc., juga memuat tulisan yang sama di edisi online mereka. Tapi artikel karya jurnalis Alec Russell dan Mercedes Ruehl itu, di edisi online ditulis dengan judul yang sedikit berbeda dalam kalimat tanya.
'Is Indonesia finally set to become an economic superpower?' demikian judul versi online yang ditayangkan sehari lebih awal, yakni Rabu 15 November 2023, dibandingkan edisi koran-nya.
ADVERTISEMENT
Dalam artikel tersebut, Alec Russell dan Mercedes Ruehl, mengulas berbagai capaian ekonomi Indonesia di bawah pemerintahan Jokowi sejak 2014. Mengawali tulisannya, Financial Times memaparkan proyek Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara.

Jokowi Diburu Waktu Mewujudkan IKN

Mereka mengawali tulisan dengan menyebut Jokowi sebagai 'a man in a hurry' atau pria yang diburu waktu. Hal itu mengacu ke proyek pembangunan IKN Nusantara yang telah dicanangkannya pada Maret 2022.
Kemudian Financial Times mengulas momen Jokowi melakukan groundbreaking sejumlah proyek di IKN. Peristiwa pada 2 November 2023 itu, dilakukan Presiden Jokowi bersama sejumlah taipan dan investor nasional kakap.
"Jokowi, begitu ia biasa disapa, sibuk dengan jadwal upacara groundbreaking di hutan untuk pembangunan bandara, sekolah, dua rumah sakit, hotel dan pusat perbelanjaan, serta kantor pusat bank sentral Indonesia yang baru," tulis Financial Times.
ADVERTISEMENT
Obsesi Jokowi memindahkan ibu kota negara dari Jakarta yang penuh sesak ke hutan Kalimantan, demikian tulis media itu, sudah muncul sejak empat tahun lalu. Proyek bernilai USD 32 miliar atau sekitar Rp 466 triliun, disebut sebagai ambisi Jokowi.
Sementara bagi para pengkritiknya, tulis Financial Times, IKN Nusantara yang digagas Jokowi itu adalah proyek sia-sia yang mahal. Kelanjutan proyek ini pun menjadi pertaruhan, menjelang berakhirnya jabatan Jokowi sebagai Presiden pada 2024.

Mimpi Jadi Negara Maju?

Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman menggelar konferensi pers setelah dicopot dari Ketua MK setelah terbukti melakukan pelanggaran etik di gedung MKRI, Jakarta, Rabu (8/11/2023). Foto: Aditia Noviansyah kumparan
Artikel ini juga mengulas target pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar ke-6 pada 2027. Posisi itu di bawah China, Amerika Serikat (AS), India, Jepang, dan Jerman. Selain itu, Pemerintahan Jokowi juga menargetkan Indonesia jadi negara maju dengan pendapatan per kapita USD 30.000 pada 2045.
ADVERTISEMENT
Salah satu program unggulan lain Jokowi yang jadi sorotan juga soal hilirisasi. Keinginan agar Indonesia bisa memproduksi mobil listrik dan jadi bagian rantai pasok baterai kendaraan listri, disebut sebagai terlalu ambisius. Apalagi kebijakan hilirisasi yang berdampak pada larangan ekspor bahan tambang mentah, juga menuai gugatan di WTO.
Peneliti senior asal Indonesia di Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS), Singapura, Evan Laksmana, menilai Indonesia butuh lebih banyak investasi asing untuk mewujudkan target-target ambisius itu. Janji politik Jokowi di sektor infrastruktur dan perdagangan, meski terwujud, tapi belum cukup memadai.
“Banyak ahli dan ekonom percaya bahwa Indonesia (untuk jadi negara maju) dapat dan harus tumbuh lebih dari 5 persen,” katanya kepada Financial Times. "Namun saya tidak yakin Indonesia dapat menjadi salah satu negara dengan perekonomian lima besar pada tahun 2045,” ujar Evan Laksmana.
ADVERTISEMENT
Pada bagian akhir artikel ini, Financial Times menyoroti berbagai isu hukum dan politik yang kontroversial, serta mengaitkannya dengan kepresidenan Jokowi. Seperti putusan Mahkamah Konstitusi yang memungkinkan anak Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming, maju sebagai Cawapres.
Selain itu, revisi Undang-undangan KPK yang dianggap melemahkan pemberantasan korupsi di Indonesia.