Saat Limbah Kulit Jagung Diolah Jadi Hiasan Rumah, Laku Dijual Sampai ke Belanda

13 Agustus 2024 10:01 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerajinan hiasan rumah Grandis Home di Desa Kasiman, Bojonegoro. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kerajinan hiasan rumah Grandis Home di Desa Kasiman, Bojonegoro. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jari jemari Megasari begitu telaten menata satu persatu daun sisal serapi mungkin untuk diolah jadi kerajinan tangan. Ia bersemangat menganyam tanaman berserat kuat itu demi bakal contoh produk baru.
ADVERTISEMENT
Saat kumparan berkunjung ke workshop milik Grandis Home di Desa Kasiman, Bojonegoro, pada Senin (12/8), Mega bersama ibu-ibu lainnya tengah khusyuk dengan pekerjaan mereka. Empat tahun ikut jadi salah satu perajin di sana membuatnya piawai menghasilkan segala jenis hiasan rumah.
Bengkel kerajinan rumahan ini menghasilkan kap lampu, keranjang, hiasan dinding, hingga cermin. Bahan-bahan untuk membuat kerajinan ini memanfaatkan serat alam seperti limbah kulit jagung, pelepah pisang, sisal, ijuk, hingga rayung.
"Saya udah lama, udah 4 tahun. Semua produk udah bisa bikin, kap lampu, cermin, basket," tutur Mega.
Kerajinan hiasan rumah Grandis Home di Desa Kasiman, Bojonegoro. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Bengkel bekas produksi perabotan kayu jati itu itu kini jadi tempat ia dan ibu-ibu di Desa Kasiman menambal penghasilan suami. Sebagian besar mereka bekerja sebagai petani, pekebun, peternak, atau juga kuli bangunan seperti suami Mega.
ADVERTISEMENT
Punya dua anak yang duduk di bangku sekolah dasar dan menengah pertama, membuat perempuan berusia 36 tahun itu turut belajar jadi perajin.
"Alhamdulillah bisa membantu banget lah, menambah penghasilan. Nomor satu untuk anak sekolah, anaknya SD sama SMP. Bisa nambah-nambah dapur," ujarnya.
Mega dan teman-teman perajinnya berharap usaha kerajinan tempat mereka mendapat penghasilan tambahan ini bisa makin punya banyak pelanggan. Saat orderan banyak, ia bisa mendapat uang hingga jutaan rupiah.
"Puasa kemarin sampai kewalahan, tapi makin banyak pesanan makin semangat. Kalau pesanan banyak kita bisa dapat Rp 1 juta lebih," sambungnya.
Founder Grandis Home, Nesya Anggi Puspita. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Harapan para perajin ini juga menjadi keinginan Founder CV Grandis Home, Nesya Anggi Puspita. Nesya mengaku usaha rumahan yang ia rintis sejak 2015 dengan meninggalkan kursi kantoran itu, utamanya memang diniatkan jadi ladang cuan bagi para ibu di kampungnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi motivasi terbesar saya kenapa saya ingin usaha ini terus berkembang, supaya lebih banyak ibu-ibu dan masyarakat sekitar yang terlibat dan mendapatkan manfaat dari usaha ini. Dan supaya mereka lebih bisa menggantungkan pendapatan dari usaha ini," ujarnya.
Nesya mengaku, total ibu-ibu yang pernah ia latih menjadi perajin sudah mencapai ratusan orang. Bekal keterampilan tambahan itu ia harapkan bisa menjadi sumber penghasilan bagi perempuan.
Ia juga memberikan kelonggaran kepada para pekerja untuk bisa bekerja lebih fleksibel. Ibu-ibu kerap membawa pulang bahan-bahan yang akan diolah menjadi hiasan rumah itu.
Founder Grandis Home, Nesya Anggi Puspita. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
"Kalau yang pernah terlibat itu lebih dari seratus orang. Mereka ambil pekerjaan ini karena fleksibel, kebanyakan mereka ibu rumah tangga yang punya anak," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Alih-alih langsung mengambil pekerja terampil, ia justru melatih para ibu di Desa Kasiman supaya bisa menjadi perajin. Ia menyadari kebanyakan dari ibu-ibu ini menggantungkan pendapatan rumah tangga dari pekerjaan serabutan suami.
"Kadang yang membuat saya tetap semangat itu dari mereka, 'aduh suamiku enggak kerja dua minggu'. Sehingga (mereka) ada pemasukan," sambung lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga itu.
Keputusannya berbuah manis lantaran produk-produk mereka bisa merambah ke Korea Selatan dan Belanda. Produk-produk berbahan alami, seperti dari limbah kulit jagung, rupanya diminati buyer dari negara lain.
Kerajinan hiasan rumah Grandis Home di Desa Kasiman, Bojonegoro. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
"Yang diekspor ke Belanda home dekor ada basket keranjang terus kap lampu dekoratif, cermin berbahan kulit jagung. Karena mereka kan sukanya sustainability ya harus ramah lingkungan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
UKM yang ia rintis selama hampir 10 tahun itu, bisa bertahan lantaran pasar ekspor tersebut. Meski belum berani bicara soal omzet pasti, Nesya mengaku pernah mengantongi hingga ratusan juta rupiah dari ekspor produknya.
Jeli melihat peluang, ia memilih mengolah limbah kulit jagung yang mudah ditemukan di sepanjang jalan desa itu. Nesya ingin produk dari Grandis Home bisa punya ciri khas sendiri.
Selain menyerap limbah kulit jagung dari daerahnya, usaha yang dijalankan Nesya juga memanfaatkan bahan-bahan dari daerah sekitar.
Rayung didapat dari Purbalingga. Sementara ijuk dari Jawa Barat. Selain itu ada pula sisal dari Blitar dan Trenggalek, serta pelepah pisang dari Bojonegoro.
Founder Grandis Home, Nesya Anggi Puspita. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Industri rumahan seperti ini diakui oleh Kepala Desa Kasiman Edy Sukarmanto, sebagai penopang perekonomian warga selain dari pertanian, perkebunan, dan peternakan.
ADVERTISEMENT
Dengan kondisi lahan yang kerap mengalami kemarau, Desa Kasiman menerapkan sistem pertanian tadah hujan. Lahan dimanfaatkan untuk menanam saat musim hujan, lalu jagung kala kemarau.
"Memang sangat berimbas positif dari kerajinan kayu ataupun hasil olah limbah. Karena apa? Memang di desa minim adanya lapangan pekerjaan selain bertani, berkebun, atau juga beternak. Jadi memang efeknya sangat membantu mendukung perekonomian," tuturnya saat ditemui di Balai Desa Kasiman.
Ia mengatakan, desanya mampu menghasilkan ribuan ton jagung. Karenanya ia mengapresiasi ide kreatif yang dilakukan Nesya lewat kerajinan tangan Grandis Home.
Apalagi, produk-produk kerajinan tangan tersebut jadi satu-satunya barang yang bisa menembus pasar ekspor. "Untuk sementara di desa kami hanya ada kerajinan (yang bisa ekspor). Karena memang Desa Kasiman agak gersang," sambungnya.
Kerajinan hiasan rumah Grandis Home di Desa Kasiman, Bojonegoro. Foto: Muhammad Darisman/kumparan

Kerajinan Tangan Butuh Dukungan Pemasaran

Ia berharap, industri rumahan lain di desanya bisa mengikuti jejak Grandis Home dari segi pemasaran. Bagaimana menjajakan produk tersebut ia akui masih menjadi pekerjaan rumah bagi mereka. Di samping juga perlu ada peningkatan fasilitas dalam menghasilkan kerajinan tangan berkualitas.
ADVERTISEMENT
Adapun Grandis Home, berhasil mendapat peluang ekspor berkat keuletan mengikuti berbagai pameran. Grandis Home juga merupakan mitra binaan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dari Coaching Program for New Exporter (CPNE) Angkatan tahun 2019.
LPEI bersama pemerintah Provinsi Jawa Timur berkolaborasi mendorong potensi produk dari Desa Devisa di Jawa Timur agar menembus pasar ekspor. Pada Akhir Januari 2024, LPEI dan Pemprov Jawa Timur meresmikan Desa Devisa di Bojonegoro dengan komoditas unggulan berupa kerajinan home decor.
Kerajinan hiasan rumah Grandis Home di Desa Kasiman, Bojonegoro. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Klaster Desa Devisa Bojonegoro di Kecamatan Kasiman, lewat Grandis Home, menghasilkan kerajinan home decor unik dari limbah kulit jagung yang diolah oleh 65 perajin.
Dalam satu bulan, para perajin menghasilkan berbagai produk home decor hingga ratusan barang per bulan dengan harga jual antara Rp 40.000 hingga Rp 200.000 per produk.
Kerajinan hiasan rumah Grandis Home di Desa Kasiman, Bojonegoro. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Grandis Home menyerap hasil kerajinan untuk dijual ke pasar ekspor di Belanda dan Korea Selatan. Baru-baru ini Desa Devisa Kerajinan Bojonegoro berhasil mendapatkan buyer baru yang berasal dari Spanyol dengan jumlah pesanan mencapai 292 pcs.
ADVERTISEMENT
Buyer ini pertama kali bertemu pada pameran Ambiente di Jerman dan kembali bertemu pada pameran IFEX 2024 yang diadakan di Jakarta. Keikusertaan Desa Devisa Bojonegoro pada pameran ini difasilitasi oleh LPEI dalam rangka memperluas akses pasar Desa Devisa Bojonegoro.
Kerajinan hiasan rumah Grandis Home di Desa Kasiman, Bojonegoro. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Kerajinan hiasan rumah Grandis Home di Desa Kasiman, Bojonegoro. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis LPEI, Maqin U Norhadi, menyebut program Desa Devisa LPEI bertujuan untuk mendukung pengembangan ekspor di tingkat desa atau daerah secara aktif dan berkelanjutan.
Program ini memperluas akses bagi masyarakat dan para pelaku usaha di daerah, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa melalui kegiatan ekspor.
"Saat ini, lebih dari 1.500 desa devisa dengan lebih dari 25 produk komoditas telah diekspor ke lebih dari 20 negara tujuan. Kami memberikan penguatan kapasitas, pendampingan manajemen ekspor, akses pasar, peningkatan kapasitas produksi, serta bantuan alat produksi. Harapannya, dukungan yang diberikan oleh LPEI dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong komoditas unggulan desa untuk Berani Mendunia," ujar Maqin.
ADVERTISEMENT