Saat Limbah Tali Kapal Didaur Ulang Jadi Produk yang Hasilkan Ratusan Juta

3 Oktober 2024 5:52 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengolahan limbah tali tambang bekas kapal menjadi produk bernilai jual di Kalimantan Timur, Rabu (2/10/2024). Foto: Dok. Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Pengolahan limbah tali tambang bekas kapal menjadi produk bernilai jual di Kalimantan Timur, Rabu (2/10/2024). Foto: Dok. Pertamina
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) terus berupaya meningkatkan Balanipa sebagai program unggulan dari Corporate Social Responsibility (CSR).
ADVERTISEMENT
Program ini bermula dari keresahan Sahabuddin, Ketua Kelompok Usaha Bersama (Kube) Balanipa, terhadap limbah tali bekas kapal yang terus menumpuk di perairan Muara Badak, Kalimantan Timur.
Melihat kondisi ini, akhirnya Sahabuddin berinisiatif untuk mengolah limbah tali menjadi produk bernilai jual di masyarakat.
“Limbah ya kan dianggap sebagai sampah jadi saya berpikir ini menantang karena limbah ini kok bisa diproduksi kembali dan dipergunakan oleh para nelayan,” ungkap Sahabuddin kepada wartawan di Muara Badak, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (2/10).
“Awalnya, saya belum membeli karena belum ada yang sadar di situ ada nilai ekonomi. Jadi, saya ambil saja daripada numpuk. Ya, mending saya olah daur ulang kembali. Tapi, setelah pada sadar ada nilai ekonomi baru deh saya beli dari pengepulnya,” lanjut dia.
Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk pengolahan limbah tali tambang bekas kapal di Kalimantan Timur, Rabu (2/10/2024). Foto: Dok. Pertamina
Dari sisa limbah kapal, Kube Balanipa dapat meraih pendapatan hingga ratusan juta per bulan. Keberhasilan tersebut tidak semata-mata didapatkan secara mudah.
ADVERTISEMENT
Sebelum adanya program pemberdayaan dari PHSS, Sahabuddin bercerita proses produksi masih dilakukan secara manual. Mulai dari proses pengumpulan limbah tali bekas kapal, penguraian, sampai pengolahannya menjadi tali rumpon.
Ketika produksi dilakukan secara manual, setiap harinya Kube Balanipa hanya mampu menghasilkan 6 rol tali rumpon dengan waktu produksi sebesar 30 menit untuk 1 rol tali.
Setelah adanya bantuan mesin, produksi jadi lebih efektif sehingga hasil produksi meningkatnya sebesar 25 rol tali per hari. Dampaknya para anggota mulai bisa memetik buah keberhasilan.
“Alhamdulillah dengan kegiatan ini anggotanya sampai kemarin sudah bisa mewisuda anaknya. Artinya dengan bekerja di sini, hasil dari sini. Membuktikan bahwa ekonomi itu berjalan,” ungkap Sahabuddin.
Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk pengolahan limbah tali tambang bekas kapal di Kalimantan Timur, Rabu (2/10/2024). Foto: Dok. Pertamina
“Yang belum memiliki kendaraan Alhamdulillah bisa beli sendiri, dapat membantu suaminya mencari juga untuk kebutuhan di dapur,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Pelbagai usaha promosi juga terus dilakukan untuk menjangkau pasar lebih luas. Salah satunya, dengan memanfaatkan media sosial, seperti facebook dan instagram untuk memasarkan produk.
Harga produk yang relatif murah dibandingkan toko-toko membuat tali rumpon asal Kube Balanipa disambut baik oleh pasar. Bahkan tali rumpon bekas limbah kapal memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan tali rumpon yang diproduksi secara khusus. Salah satunya, dari kekokohan permukaan tali.
Sahabuddin berharap dengan pasar yang terus berdatangan dapat mengenalkan produk tali rumpon sisa limbah kapal secara nasional serta menjadi langkah awal untuk bisa mandiri.