Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Maskapai penerbangan Sriwijaya Air berhasil lolos dari pailit . Bahkan, maskapai tersebut tengah bersiap untuk melantai atau IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).
ADVERTISEMENT
Tercatat, Maskapai Sriwijaya Air memiliki utang triliunan rupiah ke beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dari pemberitaan kumparan 2019 silam, total utang Sriwijaya Air Group mencapai Rp 2,46 triliun pada posisi akhir Oktober 2018.
Utang Sriwijaya Air di beberapa perusahaan BUMN tersebut meliputi utang di Pertamina sebesar Rp 942 miliar, GMF (Anak Usaha Garuda Indonesia) Rp 810 miliar, BNI Rp 585 miliar (Pokok), Angkasa Pura I Rp 50 miliar, dan Angkasa Pura II Rp 80 miliar.
Restructuring Counsel Sriwijaya Air dari SHAL Legal Counselors, Hamonangan Syahdan Hutabarat, mengatakan rencana bisnis jangka panjang Sriwijaya dilakukan hingga 2035 nanti, di mana akan ada mitra strategis yang akan mendukung Sriwijaya. Mitra strategis tersebut bisa berupa investor maupun dukungan pendanaan.
ADVERTISEMENT
"Lalu ada rencana IPO juga, penawaran publik, dan memang niatan dari awal Sriwijaya harus lebih baik dari sebelum PKPU. Jadi langit ini mau dipenuhi sama biru putih merah lagi," kata Syahdan saat ditemui pasca sidang di PN Jakpus, Rabu (12/7).
"Salah satu bisnis plan adalah adanya IPO, itu di dalam rencana perdamaian sudah dituliskan rencana IPO," tambahnya.
Untuk investor, dia belum bisa mengatakannya. Namun yang pasti banyak investor yang bersiap masuk menunggu proses PKPU selesai.
Pada kesempatan yang sama, Financial Advisor Sriwijaya dari Triple B Advisory, Noprian Fadli mengatakan pada tahap awal sebelum IPO, Sriwijaya Air akan fokus menggaet investor. Suntikan modal investor tersebut akan digunakan untuk memperkuat dan menambah modal kerja.
ADVERTISEMENT
"Ketika tahapan itu tercapai, maka bersama dengan investor atau mitra strategis tadi, kalau dia setuju IPO, langsung IPO. Mungkin paling cepat 3 tahun kita sudah mulai menata untuk IPO," kata Fadli.
Dalam 1 sampai 2 tahun ke depan, Sriwijaya butuh suntikan modal dari investor mencapai USD 50 sampai USD 100 juta. Menurutnya itu adalah angka minimum sebelum kemudian Sriwijaya akan melaksanakan IPO.