Saat Suku Bunga Acuan BI Naik, Surat Utang Negara Bisa Jadi Pilihan Investasi

18 November 2022 15:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi investasi saham. Foto: Mahardika Argha/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi investasi saham. Foto: Mahardika Argha/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps atau 0,5 persen menjadi 5,25 persen di Bulan November 2022. Kenaikan tersebut dinilai akan berdampak pada sektor kredit.
ADVERTISEMENT
Namun, kenaikan suku bunga juga bisa dimanfaatkan untuk berinvestasi. Perencana Keuangan dari Advisor Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho, mengatakan instrumen investasi terbaik adalah surat utang negara, contohnya Sukuk Tabungan (ST) 009 yang sedang ditawarkan pemerintah saat ini.
"Alat investasi surat utang bunganya akan meningkat, lebih dari 2 bulan lalu. Tadinya (surat utang) di angka 5, sekarang investor mendapat floating with floor sebesar 6,15 persen, ini instrumen yang baik sekali," kata Andy ketika dihubungi kumparan, Jumat (18/11).
Dia mengatakan keunggulan dari surat utang adalah minimnya risiko gagal bayar, karena pembayaran imbalan/kupon dan nilai nominalnya dijamin oleh negara. Selain itu, investasi ini sangat terjangkau dan dapat dimiliki dengan dana mulai dari Rp 1 juta saja dengan tenor 2 tahun.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Investasi. Foto: Shutterstock
Pemerintah baru saja menambah kuota ST009 minggu ini pada Kamis (17/11) dari Rp 6 Trilliun menjadi Rp 6,5 Trilliun, Menurut Andy, penambahan kuota ini merupakan dorongan pemerintah untuk berinvestasi di instrumen yang relatif aman di masa ancaman resesi.
“Kenaikan ini bisa dilihat sebagai dorongan pemerintah ke masyarakat untuk menabung di masa ekonomi inflasi, karena jauh lebih aman dari pasar modal misalnya. Bagi kita konsumen, itu untung, karena peluang kita mendapatkan surat utang lebih besar,” tuturnya.
Ia juga menyarankan masyarakat untuk tetap menyimpan uang kas untuk mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, salah satunya jika terjadi inflasi pada bulan depan. Alternatif lainnya, kata Andy, adalah investasi pada instrumen yang mudah untuk dicairkan.
"Di masa resesi kita tidak tahun apa yang terjadi kemungkinannya, makanya penting kita pegang cash atau sekadar tabung di bank. Jika tidak, bisa investasi rendah risiko seperti deposito atau logam mulia, itu jauh lebih baik daripada menanam di pasar modal," ujarnya.
ADVERTISEMENT