Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Indeks saham terus-terusan tertekan dalam sepekan terakhir. Kondisi ini disinyalir karena investor asing ramai-ramai jual saham.
ADVERTISEMENT
Tak terkecuali saham blue chip yang masuk LQ45 di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), turut diobral oleh asing. Hal itu membuat sejumlah saham blue chip anjlok.
Misalnya seperti saham Bank BCA (BBCA) yang anjlok 3.950 poin (11,26 persen) ke 31.125, Bank BRI (BBRI) yang anjlok 510 poin (10,63 persen) ke 4.290, hingga Indah Kiat Pulp and Paper (INKP) yang anjlok 2.625 (19,81 persen) ke 10.625.
Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji, menilai aksi tersebut terjadi karena akumulasi berbagai kejadian.
"Kebijakan manajemen BPJS Ketenagakerjaan yang akan mengurangi porsi investasi di saham dan reksadana. Lalu statement Sri Mulyani mengenai proyeksi ekonomi Q1 yang masih antara minus 1 hingga 0,1 persen," jelas Lanjar kepada kumparan, Jumat (2/4).
ADVERTISEMENT
Kekhawatiran akan kenaikan kasus pandemi COVID-19, secara global juga mendorong sentimen negatif pasar saham. Belum lagi sederet kejadian lain yang terjadi sepekan terakhir, termasuk adanya aksi terorisme.
Sementara untuk isu internasional, kata Lanjar, wacana Presiden Amerika Serikat Joe Biden menaikkan tarif pajak, juga disikapi negatif oleh pelaku pasar. Belum lagi kembali memanasnya hubungan bilateral antara AS dan China.
Pendapat senada disampaikan Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi. Menurutnya ada kecenderungan investor asing ini mulai jenuh dengan saham-saham atraktif.
Kondisi tersebut berdampak pada mulai dijualnya saham-saham andalan IHSG seperti tambang, nikel, hingga perbankan. Ia memproyeksi sebagian besar pemain saham besar bakal beralih ke bisnis dengan fundamental bagus, namun belum terlalu dilirik pasar.
ADVERTISEMENT
"Dari situ sudah terlihat cukup jenuh, sehingga ada potensi investor switching ke saham dengan fundamental cukup baik secara bisnis tapi harganya belum naik. Kalau kita cermati saham konsumer punya peluang," jelasnya.
Momentum Beli Saham Blue Chip Buat Investor Pemula?
Baik Lanjar Nafi maupun Nafan Aji, menyarankan investor khususnya pemula buat memilih saham-saham dengan kinerja baik dan tidak terlalu berisiko. Kondisi pasar saat ini merupakan momentum yang tepat buat mengoleksi saham-saham blue chip.
Lanjar memberi contoh saham-saham di sektor konsumsi yang memiliki prospek bagus ke depan. Di antaranya saham Indofood, Unilever, hingga Kalbe Farma.
Senada, Nafan memberi saran agar para pemain dengan profil risiko rendah ini lebih mencermati saham blue chip. Di samping itu perlu juga memperhatikan fundamental perusahaan, prospek industri, serta komitmen untuk tetap konsisten membagikan dividen.
ADVERTISEMENT
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 6 November 2024, 7:09 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini