Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Saham Garuda (GIAA) Melesat Usai Rencana Merger, Waktunya Beli?
23 Agustus 2023 11:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Pergerakan saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) terus melonjak sejak Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan rencana merger 3 maskapai BUMN, yaitu Garuda Indonesia, PT Pelita Air Service, dan PT Citilink Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada perdagangan Rabu (23/8) pukul 10:57 WIB, saham GIAA melonjak 7 poin atau 9,59 persen ke level 80 per lembar. Kenaikan saham ini berlangsung sejak hari Selasa (22/8), di mana saham naik 6 poin (8,96 persen) ke level 73 per lembar. Kapitalisasi pasar (market cap) saham Garuda Indonesia menyentuh Rp 7,32 triliun. Nilai transaksi saham mencapai Rp 56,84 miliar.
Executive Director CSA Institute David Sutyanto mengamati kinerja Garuda Indonesia mulai membaik usai masalah PKPU dan utangnya berkurang. Perbaikan dari sisi kinerja terus dilakukan.
“Terutama saya lihat ada dukungan dari pemerintah. Pemerintah melihat manajemen Garuda sudah sungguh-sungguh, ada wacana dengan merger. Pemerintah sebelumnya menyiapkan opsi plan lain, karena kinerja Garuda membaik, ada baiknya merger pemerintah hanya punya satu maskapai,” tutur David.
ADVERTISEMENT
David mencermati permodalan Garuda Indonesia akan membaik karena perseroan menargetkan profit-oriented, sehingga ada kesempatan kedua bagi maskapai BUMN ini.
Sementara Analis Henan Putihrai Sekuritas Ezaridho Ibnutama menilai merger dan Akuisisi Garuda dengan Citilink dan Pelita Air membuat sentimen positif terhadap investor. Apabila merger dan akuisisinya memang dijalankan dengan baik (tidak ada skandal atau kasus korupsi dalam prosesnya), harga saham GIAA akan lanjut terbang.
“Dan dengan merger dan akuisisi ini, GIAA juga mendapatkan fixed asset termasuk fleet pesawat baru yang bisa menolong dengan restrukturisasi utang,” kata Ezaridho saat dihubungi terpisah.
Sebelumnya Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengaku rencana merger masih dalam tahap awal. Artinya, Garuda masih mengeksplorasi secara mendalam mengenai berbagai peluang sinergi bisnis, dengan tetap mengoptimalkan aspek profitabilitas. Tapi Irfan yakin aksi ini bisa mendongkrak kinerja perusahaan.
"Ini turut menjadi sinyal positif bagi upaya penguatan fundamental kinerja perusahaan khususnya pasca-restrukturisasi yang terus dioptimalkan melalui berbagai langkah akseleratif transformasi kinerja bersama pelaku industri aviasi Indonesia," terang dia dalam keterangan resmi, Selasa (22/8).
ADVERTISEMENT
Kinerja Garuda Indonesia Semester I 2023
Tercatat per semester I 2023, Garuda Indonesia membukukan rugi bersih senilai USD 76,5 juta atau setara Rp 1,15 triliun (asumsi kurs Rp 15.112 per dolar AS) di semester I 2023. Perolehan rugi ini berbalik dari laba bersih senilai USD 3,76 miliar atau setara Rp 56,84 triliun pada semester I 2022.
Rugi bersih ini disebabkan rugi sebelum pajak senilai USD 109,56 juta atau setara Rp 1,65 triliun. Jika dilihat lebih rinci, pos tersebut karena adanya kerugian bersih selisih kurs senilai USD 22,47 juta atau setara Rp 339,68 miliar, berbalik dari keuntungan bersih selisih kurs senilai USD 79,97 juta atau setara Rp 1,2 triliun.
Tak hanya itu, beban keuangan Garuda Indonesia juga naik signifikan dari USD 209,87 juta di semester I 2022 menjadi USD 222,77 juta di semester I 2023.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, emiten maskapai penerbangan BUMN ini membukukan kenaikan pendapatan usaha sebesar 58,96 persen menjadi USD 1,39 miliar atau setara Rp 21,1 triliun.
***
Disclaimer: Keputusan investasi sepenuhnya didasarkan pada pertimbangan dan keputusan pembaca. Berita ini bukan merupakan ajakan untuk membeli, menahan, atau menjual suatu produk investasi tertentu.