Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

Saham emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mulai bangkit. Pada perdagangan Selasa kemarin (25/10), saham GOTO menguat 1,58 persen ke Rp 193 per saham, setelah sempat turun ke Rp 183 di awal perdagangan sesi kedua.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 1,6 miliar saham berpindah tangan dengan nilai transaksi mencapai Rp 306,7 miliar. Sedangkan pada perdagangan sesi 2 siang ini, Rabu (26/10), saham GOTO naik 3,6 per di Rp 199 per saham. Bahkan, hari ini sempat naik hingga Rp 204 per saham.
Dengan mengacu ke harga penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di Rp 338, artinya saham GOTO telah melemah 41 persen.
Berdasarkan kompilasi data yang dihimpun tim redaksi kumparan, sebagai emiten yang bergerak di sektor teknologi, pelemahan saham tidak hanya dialami oleh GOTO, tapi juga diderita saham-saham emiten teknologi lain.
Saham Grab Holdings, misalnya. Sebagai emiten teknologi asal Asia Tenggara yang melantai di Bursa AS lewat skenario Special Purpose Acquisition Company (SPAC) sejak awal tahun 2022, kinerja sahamnya juga turun signifikan.
Tercatat sejak melantai di Bursa Nasdaq, saham perusahaan yang didirikan oleh Anthony Tan tersebut telah anjlok 66,9 persen di level USD 2,46 per saham hingga Selasa (24/10). Pelemahan saham Grab jauh lebih besar daripada penurunan saham GOTO di BEI.
Nasib serupa juga dialami oleh induk emiten Shopee yaitu Sea Group yang tercatat di New York Stock Exchange (NYSE). Harga sahamnya juga anjlok. Bahkan harga sahamnya amblas paling dalam. Sepanjang tahun 2022 ini, harga saham Sea Limited telah merosot 79,36 persen di level USD 50,13/saham.
Dengan demikian, berdasarkan data perbandingan harga saham tersebut, pelemahan harga saham GOTO relatif tidak terlalu dalam dibandingkan dengan dua pesaing terbesarnya di kawasan Asia Tenggara.
Riset Deutsche Bank
Di sisi lain, di tengah pemberitaan soal GOTO, mayoritas analis ternyata masih memberikan rekomendasi yang positif, salah satunya adalah Deutsche Bank. Laporan riset Deutsche Bank per 18 Oktober 2022 bahkan menyebutkan bahwa penurunan harga saham GOTO merupakan imbas dari kekhawatiran yang berlebihan.
Menurut analis Deutsche Bank ReenaVerma Bhasin, kenaikan suku bunga telah menyebabkan ketakutan pasar mengenai kebutuhan kas dan pembiayaan eksternal GoTo, yang mengakibatkan harga saham induk Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial (GTF) ini turun 40 persen sejak listing dan 25 persen selama bulan lalu.
“Kami pikir kekhawatiran pasar tentang pembiayaan GoTo sudah berlebihan,” kata ReenaVerma, dalam riset terbarunya.
Deutsche Bank juga menyoroti bahwa GOTO memiliki fundamental bisnis yang kuat didukung oleh tiga pilar utama yaitu e-commerce, on-demand, dan jasa keuangan yang terintegrasi di dalam satu ekosistem.
Selain integrasi ekosistem yang menjadi keunggulan GOTO, Deustche Bank juga menyebut bahwa GOTO merupakan pemain dominan di pasar yang besar yaitu di Indonesia sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Selain Deutsche Bank, dari 6 analis yang merilis laporan riset ekuitas di sepanjang bulan Oktober 2022 mengacu pada data Bloomberg, ada 2 analis yang memberikan rating beli (buy), 1 analis memberikan rating outperform, 1 analis underperform, dan 1 analis memberikan rating tahan atau hold.
Rentang target price yang dipatok 6 analis tersebut ada di Rp 224-415/saham. Rata-rata target price dari ke-6 analis tersebut berada di Rp 297 per saham.
Apabila mengacu pada rekomendasi analis tersebut, harga saham GOTO saat ini terdiskon sebesar 56 persen dari nilai wajarnya. Bahkan dengan target harga minimal Rp 224 per saham saja, harga saham GOTO juga masih terdiskon 18 persen.