Saham Indofarma Melonjak 18% Usai Disebut Produksi Ivermectine untuk COVID-19

22 Juni 2021 10:13 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi IVERMECTIN, obat cacingan yang disebut-sebut efektif mengatasi COVID-19. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi IVERMECTIN, obat cacingan yang disebut-sebut efektif mengatasi COVID-19. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Saham emiten kesehatan tercatat melonjak paling tinggi dibanding sektor lain pada perdagangan bursa saham Indonesia pada hari ini, Selasa (22/6).
ADVERTISEMENT
Pada Senin (21/6) kemarin, banyak saham sektor kesehatan juga menghijau di saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot cukup dalam.
Pada perdagangan pagi ini, harga saham sektor kesehatan naik mencapai 2,38 persen. Mayoritas saham emiten kesehatan mengalami kenaikan harga cukup tinggi.
Saham Indofarma Tbk (INAF) mengalami kenaikan tertinggi, yakni naik 480 poin (18,60 persen) ke 3.060, disusul oleh Kimia Farma (KAEF) yang naik 460 poin (15,81 persen) ke 3.370 dan Itama Ranoraya naik 205 poin (11,68 persen) ke 1.960.
Saham INAF sejak perdagangan saham pada Senin kemarin juga sudah mengalami lonjakan tajam, yakni naik 510 poin (24,64 persen) ke posisi Rp 2.580 per saham.
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (31/3). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Kenaikan saham INAF itu dimulai usai Menteri BUMN, Erick Thohir mengumumkan bahwa Indofarma tengah memproduksi obat terapi COVID-19 atau disebut dengan Ivermectin 12 mg.
ADVERTISEMENT
"Saat ini, Ivermectin dalam tahap penelitian di Balitbangkes dan bekerja sama dengan beberapa Rumah Sakit, termasuk di antaranya Rumah Sakit di bawah Kementerian Pertahanan," kata Erick, Senin (21/6).
Erick mengatakan harga Ivermectin yang diproduksi Indofarma juga cukup murah atau dibanderol Rp 5.000 sampai Rp 7.000 per tablet. Meski begitu, ia memastikan pihaknya terus mendalami obat tersebut sebagai terapi ringan dan sedang untuk bisa mempercepat kesembuhan.
“Tapi diingatkan ini hanya terapi, bukan obat COVID-19. Ini bagian salah satu terapi, seperti juga pavirafir atau oseltamivir, itu untuk antiviral tapi dalam kondisi yang memang sudah menuju berat,” imbuhnya.