Saham Mitratel Turun dari Harga IPO, Bagaimana Prospeknya ke Depan?

24 November 2021 13:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel, perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia, melangsungkan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 29,85% saham kepada publik. Foto: Dok. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk
zoom-in-whitePerbesar
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel, perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Indonesia, melangsungkan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 29,85% saham kepada publik. Foto: Dok. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk
ADVERTISEMENT
Anak usaha Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel telah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau initial public offering (IPO) pada awal pekan ini. Namun, harga saham tersebut mengalami penurunan, dari penawaran awal Rp 800 per lembar saham kini menjadi Rp 770 per lembar saham.
ADVERTISEMENT
Meski mengalami penurunan, analis menilai Mitratel memiliki potensi pertumbuhan kinerja keuangan yang lebih pesat dalam jangka panjang. Peluang bertumbuh tersebut didukung oleh posisi Perseroan yang memiliki menara telekomunikasi terbanyak dan tersebar merata hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Ini sangat sesuai dengan rencana kebutuhan para operator telekomunikasi ke depan yang akan ekspansi coverage secara agresif khususnya di luar Jawa di mana 57 persen tower Mitratel juga berada di luar Jawa.
Mitratel dinilai memiliki kejelasan rencana pengembangan bisnis, baik melalui akuisisi (anorganic) maupun organic, disertai keunggulan lokasi tower. Mitratel juga dinilai sangat siap menangkap peluang dalam menyambut era 5G karena lebih dari 50 persen menara Mitratel bersifat fiber-ready.
Sejalan dengan 5G dengan dukungan fiberisasi, Mitratel juga dapat mengembangkan portfolio lain di antaranya edge computing dengan memanfaatkan space yang ada.
ADVERTISEMENT
Analis Verdhana Sekuritas Indonesia, Nicholas Santoso dan Raymond Kosasih, Mitratel memiliki potensi pertumbuhan organik yang pesat dalam jangka panjang, seiring masih besarnya potensi penyewaan menara telekomunikasi di Indonesia.
“Kami memberikan outlook positif terhadap bisnis menara telekomunikasi di Indonesia, seiring dengan pesatnya pertumbuhan trafik data di dalam negeri dan sejalan dengan mulai diterapkannya 5G. Hal ini tentu akan berdampak positif terhadap Mitratel,” tulis Nicholas dan Raymond dalam risetnya, Rabu (24/11).
Potensi pertumbuhan kinerja Mitratel juga didukung oleh posisi perseroan sebagai penyedia menara telekomunikasi terbesar di Indonesia. Posisi tersebut menghasilkan potensi pertumbuhan, khususnya bersumber dari co-location (co-lo) yang tersebar di berbagai daerah.
Hingga Agustus 2021, Mitratel tercatat memiliki 28.030 menara telekomunikasi dengan 42.016 penyewa. Angka tersebut menunjukkan rasio kolokasi 1,5 kali. Menara perseroan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan komposisi 57,3 persen menara berada di luar Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, rasio kolokasi menara perseroan di luar Pulau Jawa mencapai 1,39 kali dibandingkan di Jawa sekitar 1,64 kali. Hal ini menggambarkan masih besarnya potensi pertumbuhan penyewaan menara perseroan, khususnya di luar Pulau Jawa.
Saat ini, Mitratel diperkirakan menguasai pangsa pasar sebesar 24 persen di Tanah Air. Angka tersebut menunjukkan peningkatan dari tahun 2018 yang sekitar 17 persen.
Mitratel sendiri meraih dana Rp 18 triliun dari hasil IPO. Perseroan melepas sebanyak 22,9 miliar saham atau setara 27 persen.
“Kami memperkirakan rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) laba bersih Mitratel setelah IPO sebesar 44,8 persen untuk periode 2021-2023. CAGR pendapatan diperkirakan mencapai 10 persen,” tulis Nicholas dan Raymond.
Tak hanya itu, Mitratel diproyeksikan sebagai perusahaan dengan net debt to EBITDA terendah sebesar 0,09 kali pada 2022. Dengan posisi utang yang rendah, perseroan memiliki kemampuan untuk mendapatkan pinjaman guna merealisasikan akuisisi menara dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Berbagai faktor tersebut mendorong Verdhana Sekuritas Indonesia merekomendasikan beli saham MTEL dengan target harga Rp 1.200. Target harga tersebut mengasumsikan EV/EBITDA sekitar 18,1 kali.
Target tersebut juga menggambarkan perkiraan kenaikan laba bersih perseroan menjadi Rp 965 miliar tahun ini, dibandingkan realisasi tahun lalu Rp 602 miliar. Begitu juga dengan pendapatan perseroan diprediksi bertumbuh menjadi Rp 6,88 triliun dibandingkan perolehan tahun 2020 yang sebanyak Rp 6,18 triliun.