Sarinah, Mal Pertama RI Warisan Bung Karno yang Kini Sepi

8 Desember 2019 16:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung dan logo Sarinah. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Gedung dan logo Sarinah. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Sarinah, pusat perbelanjaan 15 lantai setinggi 74 meter di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, pernah menjadi primadona. Dibangun pada 1963 dan diresmikan tahun 1966 oleh Soekarno, Sarinah adalah pusat perbelanjaan modern pertama di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tapi seiring berjalannya waktu, Sarinah semakin ditinggalkan. Mal-mal baru terus bertambah di Jakarta. Masyarakat pun kini banyak yang lebih suka belanja online.
Pada haru Minggu biasanya pusat perbelanjaan dipadati pengunjung, namun hal itu tak berlaku Sarinah. Pantauan kumparan, sejak pukul 10.00 WIB hingga menjelang siang hari, tak banyak pengunjung yang wara-wiri.
Situasi di Pusat Belanja Sarinah Thamrin, Minggu (8/12). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Di lantai dasar yang terhubung dengan lobi memang tampak geliat pengunjung yang mulai berdatangan. Namun, suasana sepi kemudian terlihat hingga lantai 5. Adapun lantai 4 hingga 5 adalah pusat penjualan Produk UMKM seperti pakaian batik hingga berbagai souvenir.
Di lantai-lantai yang sepi pengunjung itu, para pegawai tampak menganggur menunggu pengunjung atau sekadar melayani satu-dua pengunjung yang melihat-lihat.
ADVERTISEMENT
“Lebih enak dulu deh, dulu nyari omzetnya enak, sekarang kan enggak banyak. Ada yang beli orang bule misalnya, untuk handycraft kita bisa sibuk nih, packing ini packing itu waktu tak berasa. Kalau sekarang mah, kita banyakan nganggur,” ujar salah seorang karyawan yang ingin namanya disamarkan, Rini (42).
Situasi di Pusat Belanja Sarinah Thamrin, Minggu (8/12). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Rini mengungkap, tren pengunjung yang sepi memang berlangsung sejak beberapa tahun ke belakang. Jika dulu dalam sehari ia bisa mengantongi sekitar Rp 70 juta, saat ini, hanya sanggup memperoleh Rp 50 juta.
“Kan lumayan, berkurang Rp 20 jutaan,” kata penjaga galeri UMKM di lantai 5 tersebut.
Senada, penjaga galeri batik, Andi (42) pun mengatakan Sarinah kian tahun pengunjungnya makin menyusut. Pasalnya, pamor Sarinah yang lekat dengan UMKM masih belum terdengar luas gaungnya, apalagi seiring perkembangan teknologi dan selera generasi milenial.
Situasi di Pusat Belanja Sarinah Thamrin, Minggu (8/12). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Kata dia, pengunjung Sarinah didominasi oleh generasi tua yang memang sudah bertahun-tahun langganan. Sementara lainnya, wisatawan mancanegara seperti dari China, Jepang, hingga Bangladesh.
ADVERTISEMENT
“Kalau buat lokal, kalau orang tau UMKM ke Sarinah itu pasti nanya, kenapa kok harganya mahal banget. Itu sih kendala (promosi) ke sini,” ujarnya.
Kendati demikian, baik Rini ataupun Andi setuju apabila pemerintah mau mengembangkan Sarinah supaya fokus ke UMKM. Baik dari segi fasilitas hingga berbagai upaya promosi.
“Promosinya perlu digencarkan, dan citranya itu, biar orang kalau mau cari UMKM ya ke sini,” ujar Andi.
Situasi di Pusat Belanja Sarinah Thamrin, Minggu (8/12). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Sebelumnya diberitakan, Kementerian Koperasi dan UMM akan bekerjasama dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mewacanakan untuk 'menyulap' pusat perbelanjaan Sarinah di kawasan Thamrin menjadi showroom untuk produk-produk UKM lokal Indonesia.
"Pengelolaan Sarinah, nanti Sarinah kan akan sesuai dengan arahan Presiden jadi semacam showroom produk UKM. Tadi membicarakan itu bagaimana nanti Sarinah menjadi showroom all Indonesian product lah, local brand," kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.
ADVERTISEMENT