Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Sarung Jokowi dan Harapan Pengusaha Tekstil Indonesia
8 Januari 2017 13:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT

Presiden Joko Widodo kini kerap menggunakan sarung dalam setiap acara kegiatannya. Saat malam pergantian tahun, Jokowi mengenakan sarung duduk santai di halaman Istana Negara. Hari ini, Minggu (8/1), mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga terlihat mengenakan sarung saat turun dari pesawat kepresidenan di Semarang Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Penampilan Jokowi tersebut mendapat beragam penilaian. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Haryadi Sukamdani, misalnya, menilai sarung yang digunakan presiden ke tujuh Indonesia tersebut menjadi simbol atau kode jika sang presiden ingin menggenjot industri sarung yang saat ini tengah terpuruk.
Menurut Haryadi, industri sarung di dalam negeri saat ini memang menurun akibat tidak kompetitifnya harga. Meskipun kualitas sarung asli Indonesia lebih baik dari sarung negara lain, kata dia, masyarakat sebagian besar lebih memilih sarung impor karena harganya yang lebih murah.
''Kalau untuk masalah bahan baku pembuatan sarung, saya akui di Indonesia ini lebih bagus dibandingkan dengan negara Asean lainnya. Tapi biasanya bahan baku yang bagus itu, harga jualnya jadi pasti lebih mahal. Ini yang harusnya diteliti lagi supaya harganya kompetitif," kata Haryadi kepada kumparan, Minggu (8/1).
ADVERTISEMENT

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat saat ini industri tekstil memang terus mengalami penurunan. Gempuran tekstil murah dari Cina membuat produsen dalam negeri terpuruk hingga minus 3 persen. “Kami berharap negara bisa memberikan perlindungan tanpa melanggar aturan World Trade Organization (WTO) terhadap para produsen dalam negeri,” kata Ketua API, Ade Sudrajat.
Terpuruknya industri tekstil, kata Ade, secara otomatis juga memukul pengusaha sarung. Menurut dia, saat ini sentra sarung seperti di Majalaya, Kabupaten Bandung, sudah tidak bisa berkutik. Para pengusaha sarung tersebut kini lebih banyak mengandalkan hari raya seperti lebaran untuk bisa menjual produknya. “Tapi industri sarung besar seperti Gajah Duduk, mungkin tidak berpengaruh,” ujarnya.
Ade berharap langkah Jokowi yang menggunakan sarung tersebut bisa mendongkrak penjualan di dalam negeri. Namun, dia juga berharap pemerintah segera mengambil kebijakan untuk bisa kembali mendongkrak industri tekstil di Indonesia. “Presiden merupakan simbol negara. Ini bisa menjadi ajang promosi untuk menggeliatkan kembali sarung buatan dalam negeri,” katanya.
ADVERTISEMENT