Sawit Sumbermas Sarana Belum Berencana Perluas Pasar Eropa

28 Desember 2017 12:43 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kelapa Sawit (Foto: Syifa Yulinnas/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kelapa Sawit (Foto: Syifa Yulinnas/Antara)
ADVERTISEMENT
Kampanye hitam minyak sawit masih bergulir di Uni Eropa (UE). Isu negatif terus menerpa minyak sawit terutama asal Indonesia mulai dari isu lingkungan, kesehatan hingga konflik sosial. Padahal tidak ada bukti yang cukup kuat atas tuduhan tersebut.
ADVERTISEMENT
Isu ini diperparah dengan resolusi oleh parlemen Eropa yang meminta negara-negara Eropa untuk berhenti menggunakan minyak sawit dalam bauran biodiesel mulai tahun 2020. Menurut Direktur Keuangan PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) Tbk, Nicholas Whittle, kampanye hitam ini cukup berpengaruh pada aktivitas ekspor perusahaannya.
Padahal, sebenarnya Eropa adalah pasar yang cukup potensial karena banyaknya pabrik dan perusahaan makanan yang membutuhkan minyak sawit. Namun, isu negatif sudah terlanjur bergaung di sana. Misalnya di Italia. Secara umum, menurutnya di sana adalah negara dengan pasar yang besar dan potensial.
Public Expose PT Sawit Sumbermas Sarana TBK (Foto: Siti Magfirah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Public Expose PT Sawit Sumbermas Sarana TBK (Foto: Siti Magfirah/kumparan)
“Karena di Italia banyak industri konveksi dan makanan-makanan seperti cokelat dan permen yang membutuhkan minyak sawit kita dalam jumlah yang besar,” katanya usai acara Public Expose SSMS di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Kamis (28/12).
ADVERTISEMENT
Namun, pasar di Italia ini tak cukup membendung isu negatif terhadap minyak sawit. Hal ini membuat SSMS belum ada pembahasan untuk memperluas pasar ekspor di Eropa.
“Sebenarnya kita siap kerja sama dengan semua negara di Eropa, tapi sampai sekarang belum ada rencana,” lanjutnya.
Ia juga mendukung kerja sama pemerintah Indonesia dan Malaysia untuk melawan kampanye negatif penggunaan minyak sawit di Eropa. Seperti diketahui, Indonesia dan Malaysia adalah produsen terbesar minyak sawit dunia dengan menguasai 85% produksi dan 91,2% pasar ekspor dunia.
“Kami tidak ikut dalam pembicaraan tersebut, tapi mudah-mudahan pemerintah kedua negara bisa cari solusi yang cocok untuk perkembangan kelapa sawit,” harapnya.