Sebanyak 48 Negara Jadi Pasien IMF di Tengah Perang Tarif Trump

21 April 2025 16:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi IMF Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi IMF Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Ada sebanyak 48 negara yang menjadi pasien Dana Moneter Internasional/International Monetary Fund (IMF) imbas perang tarif Amerika Serikat (AS), salah satunya Argentina.
ADVERTISEMENT
Managing Director IMF, Kristalina Georgieva, mengatakan tugas IMF saat ini memang membantu negara-negara mengelola makroekonomi negara, sekaligus memajukan reformasi.
“Saat ini, 48 negara mengandalkan dukungan neraca pembayaran kami, termasuk Argentina, yang reformasi berorientasi pasarnya kini didukung oleh program terbaru dan terbesar kami,” tutur Kristalina dikutip dari laman resmi IMF, Senin (21/4).
Sebelumnya dia membeberkan ada sederet negara yang mengalami ketertinggalan dalam hal pertumbuhan produktivitas dibandingkan dengan AS.
Berdasarkan data Total Factor Productivity Index pada 2011, indeks produktivitas AS dan negara-negara lainnya berada di angka 100, kemudian AS melesat di angka 115 pada 2024. Sementara sederet negara lainnya masih berada di angka antara 105 dengan 110.
Bahkan pada saat pandemi COVID-19, AS tetap bertumbuh di angka sekitar 110 dan 115. Sementara negara lain masih di angka antara 100-105, padahal tahun sebelumnya telah melebihi angka 105.
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva saat menyampaikan pidato pada upacara pembukaan China Development Forum (CDF) 2024, di Beijing, China, Minggu (24/3/2024). Foto: Jing Xu/REUTERS
Kristalina melihat, negara-negara tersebut bisa mengejar ketertinggalan melalui reformasi di sektor perbankan, pasar modal, kebijakan persaingan, hak kekayaan intelektual, dan kesiapan AI, yang semuanya dapat berkontribusi pada pertumbuhan yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
“Dalam banyak kasus, negara dapat dan harus melakukan lebih banyak hal untuk mengurangi hambatan bagi perusahaan swasta dan inovasi, dengan kata lain, menghilangkan kerugian yang ditimbulkan sendiri,” jelasnya.
Kemudian sebagai prioritas kedua yang sangat penting, negara-negara itu juga harus memperbarui fokus mereka pada ketidakseimbangan makroekonomi internal dan eksternal.
Menurut dia, keseimbangan internal antara tabungan dan investasi bersifat mendasar, dan dapat condong terlalu jauh ke satu sisi atau sisi lain.
“Penggerak ketidakseimbangan meliputi kebiasaan menabung nasional, distorsi yang disebabkan kebijakan, keterbukaan pasar modal, rezim nilai tukar, demografi, dan banyak lagi. Kebijakan fiskal, moneter, nilai tukar, dan struktural menyediakan pengungkit utama. Di mana pun penyeimbangan ulang diperlukan, pekerjaan dimulai di dalam negeri,” terangnya.
ADVERTISEMENT