Sebelum Tutup, Kinerja Rabobank Terus Merosot

30 April 2019 18:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kantor Rabobank. Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kantor Rabobank. Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
Perusahaan perbankan PT Bank Rabobank International Indonesia atau Rabobank Indonesia resmi menutup operasinya. Penutupan ini disebut-sebut berhubungan dengan rencana perseroan yang akan melakukan konsolidasi bisnis ke Singapura.
ADVERTISEMENT
Pada website resmi Rabobank.co.id, disebutkan perseroan mulai beroperasi pada 1990 dengan memberikan layanan perbankan korporasi. Rabobank Indonesia adalah anak perusahaan Rabobank Group yang berpusat di Utrecht, Belanda.
Sejak awal berdiri, Rabobank berfokus pada sektor pangan dan agribisnis. Tidak hanya menyasar bisnis, perseroan juga mempunyai misi untuk ikut berperan dalam menyediakan cukup pangan secara berkelanjutan bagi penduduk Indonesia.
Kemudian pada 2008, Rabobank Indonesia mengembangkan bisnisnya dengan merambah pada pembiayaan ritel dan UKM. Hingga akhir 2010, jaringan perusahaan mencakup 92 kantor cabang, cabang pembantu, dan kantor kas di 30 kota di Indonesia.
Lalu pada 2017, Rabobank Indonesia mulai melayani nasabah perbankan korporasi dan perbankan bisnis (perbankan komersial dan UKM) melalui 34 kantor cabang dan cabang pembantu di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Ilustrasi kantor Rabobank. Foto: Shutter stock
Penutupan operasional Rabobank sepertinya tidak terlepas dari kinerja perseroan yang terus merosot. Pada 2017 jumlah aset Rabobank Indonesia mengalami penurunan 9 persen dari Rp 13,1 triliun pada 2016 menjadi Rp 11,9 triliun. Penurunan aset terutama disebabkan karena turunnya jumlah kredit yang disalurkan seiring dengan fokus kepada perbaikan proses internal dan pendekatan yang lebih berhati-hati dalam penyaluran kredit untuk mengurangi risiko kredit.
ADVERTISEMENT
Pada tahun tersebut portofolio kredit perbankan bisnis juga turun signifikan dari Rp 6,2 triliun menjadi Rp 4,6 triliun. Selain itu simpanan nasabah juga turun 22 persen dari Rp 10,2 triliun pada akhir 2016 menjadi Rp 8 triliun pada akhir 2017.
Pada kuartal III 2018, perusahaan mencatatkan rugi bersih Rp 132,12 miliar. Padahal pada September 2017 perusahaan masih mengantongi laba Rp 10,26 miliar. Terakhir, pada Maret 2019, perseroan juga melaporkan rugi bersih sebesar Rp 9,78 miliar.